follow me, unfollow you
Dari judul post gue, pasti lo udah nangkep apa yang mau gue bicarakan. Iya betul!
Tidak lain, tidak bukan. Alias BENAR. It’s about TWITTER. Fenomena baru di dunia jejaring sosial. Setelah Friendster, dan Facebook mulai ditinggalkan oleh sebagian besar penikmat internet (yang update)
Gue nggak akan ngebahas twitter dari segi sistem kerja, dan sejenisnya. (call me dumb for those topics!). Gue hanya mau menuangkan sedikit pengalaman dan pendapat pribadi gue tentang media social networking yang satu ini.
Berbeda dari facebook, gue merasakan ada treatment yang berbeda terhadap twitter. Lewat sistem microstatus (kalau tidak salah) yang digunakan, pengguna twitter hanya melihat status yang diupdate oleh orang yang kita follow (salah satu artikel yang pernah gue baca, mengartikan follow = subscribe = langganan. Semacam sistem kalo kita langganan info sms, dan sejenisnya). Sebaliknya, orang yang mengfollow kita akan melihat status yang kita update juga.
Selain feature follow, ada pula feature unfollow. Artinya kita berhenti ‘berlangganan’ status orang tersebut, sehingga statusnya tidak akan terupdate ke dalam layar twitter kita, alias TIMELINE.
Yep! Cukup dengan sedikit basa basi tentang twitter.
jadi begini, sejak memiliki account twitter (kalau nggak salah hampir 1 tahun ini), gue merasa ada perubahan psikologi berkaitan dengan media mencari teman yang satu ini. Di facebook, lo bisa jadi friends siapa aja tanpa peduli kenal apa enggak (yang penting KELIATAN ganteng atau cantik). Namun di twitter, ada kedekatan emosional yang lo rasakan ketika membaca update status di timeline.
Istilahnya : kalau dia seneng, gue berasa seneng.
Kalau dia bete, gue juga bisa ikutan bete.
Mungkin karena kalimat yang disusun hanya terbatas 140 karakter, jadi ada kecenderungan kita menyampaikan inti pesan straight to the point!
Hal berbeda muncul juga perihal urusan follow-followan ini. Ada yang kurang saat loe follow orang, kemudian tidak difollow. Gue pribadi banyak meng-follow artis2, account motivasi, lucu-lucuan, berita, dan sejenisnya. Most of these accounts won’t follow you back unless you know them very well. Gue nggak pernah berharap difollow balik oleh Oprah, Iwet Ramadhan, Andini Effendi, ataupun selebriti lain, karena jelas tidak ada kepentingan apa-apa (helooo, siapa elo?). Tapiii, kalau yang loe follow adalah teman-teman lo yang dekat secara geografis, dan kebatinan (baca : teman dekat), maka ada kebutuhan agar lo juga difollow teman lo. begitu pula sebaliknya. follow kembali teman yang meng-follow lo.
Do you?
Yes I am.
Permasalahan bermula dari sini. Karena yang follow gue adalah teman yang notabene dikenal dekat di dunia nyata, maka gue juga mendapat kewajiban untuk meng-follow dia juga (kalau nggak follow, rasanya jadi manusia yang SOMBONG, SOK EKSIS).
dan permasalahan sesungguh-sungguhnya pun dimulai dari sini!
Kedekatan psikologis benar-benar sangat dilibatkan dalam membaca TIMELINE. Tidak hanya urusan tweet bete / senang. Tweet berisi kesenangan yang diupdate orang lain juga seringkali membuat loe bete (baca : GUE).
Dan jenis tweet lain yang palinggggg bikin gue bete adalah twit yang nggak penting. Bukannya sombong atau belagu yah. apa esensinya sih loe ngetweet :
@ani eh loe ada kaus kaki nggak? via twitter. C’mon! What’s the point gitu loh!?!
Apalagi kalau tweet balas-balasan yang SUPER NGGAK PENTING! contoh:
@ani : eh loe ada kaus kaki nggak?
@anu : nggak ada nih. Hahaha. Loe ada?
@ani : nggak ada nih. Tar beli aja. Dimana ya? RT @anu : nggak ada nih. Hahaha. Loe ada?
@anu : oh di swalayan itu kayaknya ada. Beli warna apa ya?
@(!#*!@$*(!#%(!#*!$
It’s SUPERRRRRRR ANNOYING, PEOPLE!
WHY DON’T YOU USE YOU MOBILE PHONE/SMS/YM/BBM INSTEAD OF TRASHING ANOTHER’S TIMELINE!!!!!! (maap esmosi!)
Pengen rasanya gue omelin tu orang di twitter. Tapi kembali lagi, unsur psikologi yang dekat saat loe baca di twit orang, membuat gue berpikir kalau orang yang gue omelin itu akan membenci gue kalau gue omelin di twitter (just my own thought).
batin gue berbicara : “kalo gue omelin tu orang, terus di unfollow gue, terus nanti dia kesel ama gue”
hal ini sempat menjadi dilema. sampai pada suatu hari,
dengan berat hati dan malu-malu (takut ketahuan), gue sempat meng-unfollow salah satu teman. Karena gue sudah tidak tahan, sodara-sodara! Untuk beberapa yang lainnya tetap gue follow walaupun seringkali disuguhkan tweet yang sangat menyesakkan jiwa raga.
(tidak menutup kemungkinan, kalau suatu saat kesabaran gue sudah blong, gue akan mengunfollow temen gue itu)
Yak! No offense with these post, guys.
This is my truly curhat.
Soalnya hal ini terus berputar di kepala gue beberapa waktu belakangan ini.
I just don’t know how to say it out loud if it isn’t here. Hehe.
Karena gue kesel dengan twit aneh2 orang, makanya gue juga berhati-hati kalau ngetweet. Jangan sampai orang juga berpikiran begitu ke gue.
Gue nggak tau kenapa bisa begitu.
Apakah loe juga begitu? Atau gue yang terlalu overreacted? Your idea is my pleasure, guys!
Kalau memang hanya gue,
Mungkin gue harus kembali lagi ke Facebook, atau barangkali Friendster, atau bisa jadi kembali ke era Sahabat Pena.
sekian curahan hati gue,
last but not least, twitter gue @vinnydubidu
Diterima dengan senang hati jika mau follow. =) *tetep*