MC = Miss Cuap-Cuap?
INTERMEZO
“Demikianlah Breaking News. Saya Hervinny. Breaking News akan hadir kembali 1 jam mendatang.”
CUT!!!
Ya! itu adalah khayalan. yang kerap muncul di kepala gue.
waktu gue nonton TV.
waktu gue menceritakan tentang masa depan bersama teman-teman gue.
waktu gue bengong.
waktu gue baca buku.
that dream come a lot to me!
yang tentu saja gue harap bisa menjadi kenyataan. suatu hari. 🙂
PENGANTAR
entah kenapa tiba-tiba gue teringat akan apa yang sering gue kerjakan sekitar 4 tahun belakangan ini. yakni menjadi MC (master of ceremony), dalam berbagai kesempatan. mostly kesempatan itu datang dari vihara tempat gue bernaung. mulai dari MC games hura-hura, MC mempersilahkan orang untuk duduk (sekarang nggak disebut MC lagi, karena itu memang bukan MC, tapi announcer aka pemberi pengumuman), MC yang bacain urutan sembayang, sampai MC untuk upacara perkawinan.
selain MC, gue juga menjadi moderator. kalau MC hanya cuap-cuap, menarik perhatian, moderator agak berbeda.
butuh konsentrasi lebih. artinya, otak gue yang kadang tumpul ini, terpaksa harus berpikir tajam dan cepat. kesempatan ini tetap datang dari tempat yang sama, yakni vihara gue. tugas moderator yang sering gue lakukan tentunya untuk kesempatan diskusi kalangan anak muda. pernah beberapa kali (sangat jarang) gue menjadi moderator untuk diskusi yang diikuti mulai dari anak kecil yang nggak ngerti apa-apa sampai golongan oma opa. untuk jenis yang ini, jantung dan hati gue serasa dipompa dengan kecepatan 180 km/jam.
TEGANG MERAJARELA.
thanks alot untuk vihara yang telah memberikan banyak kesempatan untuk gue belajar.
kalau diingat-ingat lagi, either MC atau moderator, bukanlah sebuah kegiatan yang pernah gue bayangkan waktu SMP bahkan SMA. tanyakanlah pada teman SD atau SMP gue.
Hervinny SD yang gendut, hitam, rambut belah tengah, berkacamata, jerawatan, adalah seorang anak yang sangat minder. super minder. nggak percaya diri. yang bisa gue andalkan hanyalah nilai gue yang cukup bagus untuk taraf tahun itu. anytime dapat kesempatan dipanggil guru, disuruh maju untuk membaca artikel, mengabsen teman-teman, atau apapun itu, akan membuat gue serasa jadi artis ibukota. apalagi dengan sorotan spotlight dari teman-teman gue. dengan kata lain, gue sangat SENANG.
Hervinny SMP? nggak jauh beda. andalan gue waktu itu hanya nilai yang agak lebih dari teman-teman gue.
eh! ada yang beda deh waktu gue SMP. sejak SMP inilah gue mengenal yang namanya dunia persiaran di Pontianak, kampung tercinta. berkat satu dan lain hal, pada tahun 2000 gue menjadi penyiar radio. sebuah hal yang benar-benar nggak pernah gue pikirkan, bayangkan, sekaligus impikan.
untuk info aja, jaman-jaman itu gue pengen banget jadi kasir bank (keren bisa pegang banyak duit, ditunggu banyak orang). pengen juga jadi kasir toko (pernah gue ceritain di post terdahulu). pengen jadi pemain bulutangkis (mengikuti jejak kakak-kakak gue). sedangkan penyiar? jangan ditanya. dengar radio aja gue nggak pernah.
setelah dipikir-pikir, kesempatan menjadi penyiar radio inilah yang pelan-pelan meningkatkan si PD yang lama tertidur dalam diri gue. gimana nggak PD? guru-guru sering menyebut “Hervinny yang penyiar radio”. begitu pula, teman-teman gue yang kemudian mengenal gue sebagai seorang penyiar. what a life! berasa jadi selebriti lokal.
sejak itu juga, gue mulai berani berdiri di depan orang banyak, tidak hanya menunjukkan suara, tapi juga wajah dan penampilan. perlahan namun pasti, rasa percaya diri gue pun bertambah setiap kali gue menjadi MC atau moderator.
AM I MC?
menjadi MC bukanlah sebuah perkara mudah. sungguh tidak. sungguh susah. sampai sekarang pun, gue tidak pernah bisa menenangkan diri saat harus berdiri di depan puluhan atau ratusan orang, menyampaikan urutan acara, atau memimpin sebuah upacara.
i don’t really think like I’m really the master!
dan setiap kali pikiran itu datang, gue selalu merasakan muka gue panas, darah gue naik ke otak, kaki gue lemas, dan gue ingin kabur. berlindung di balik punggung orang terdekat gue.
apalagi saat lo melakukan kesalahan, yang disadari orang-orang.
It’s a DISASTER!
dan ini adalah cerita NYATA!
kejadian kayak gini sering membuat gue patah semangat. dan selanjutnya akan diikuti dengan pikiran
“gue nggak cocok deh jadi MC. gue nggak bakat. mending gue jadi presenter berita aja. orang dibalik layar aja juga nggak papa. penulis juga boleh”
yah! gue berpikiran bahwa mungkin jalan hidup gue bukan di dunia master master itu. tapi bidang lain. yang juga merupakan mimpi gue.
untuk urusan cita-cita, gue bisa dibilang maruk alias serakah. gue pengen banget jadi banyak hal. rasanya ada plan A, B, sampai Z untuk setiap cita-cita gue yang nggak berhasil gue capai – dan ini juga masih menjadi rencana gue.
baca cerita tentang gadis lajang dengan karir di puncak, bikin gue juga pengen jadi seperti itu. (nggak papa lajang, yang penting ada yang di puncak! haha)
baca cerita orang yang menceritakan cerita itu, bikin gue pengen jadi penulis seperti si pencerita.
baca cerita tentang presenter Indonesia yang berhasil meraih penghargaan internasional, membuat gue semakin membara untuk menjalani profesi itu.
baca cerita penyiar radio dengan segudang talenta, bikin gue ingin melanjutkan apa yang pernah gue kerjakan dulu, tentunya diikuti juga dengan segudang talenta.
MARUK BUKAN?
ah, tapi mari kita kembali ke bumi!
manusia boleh berencana, tapi jangan lupa berusaha.
atau pepatah lain. tidak cukup dengan MAU, tapi INGIN-i juga apa yang kamu MAU-i.
kendala berusaha inilah yang sering bikin patah semangat. gue yakin pasti ada di antara lo yang juga sependapat. “gimana mau berusaha? belum-belum udah begini, begitu, bla bla”. tenang, lo nggak sendiri. gue juga gitu!
gimana bisa jadi presenter? berat badan gue yang 64 akan berkembang menjadi 84 kalau gue nongol di TV.
gimana bisa jadi penulis? nulis separuh aja udah nggak ada ide.
gimana bisa jadi MC? sekian lama nge-mc aja tegangnya nggak hilang-hilang.
yah sungguh khas seorang makhluk bernama MANUSIA.
tapi belajar dari cerita gue saat menjadi MC, gue juga kembali berpikir.
sebenarnya tanpa disadari, gue dan lo yang baca ini, sudah menjadi MC di atas panggung kehidupan dengan ditonton oleh orang-orang di sekitar lo. sejak lo memutuskan untuk lahir dan mempertahankan hidup lo, you’ve chosen to be the Master for Circle in your life.
seorang MC akan bertanggung jawab atas kelangsungan sebuah acara, di atas panggung. SENDIRI. kalau ada partner, yah berdua, atau bertiga.
namun kalau disadari lebih dalam, MC juga nggak berdiri sendiri. betapa banyak orang yang bekerja sebelum MC ini nongol di atas panggung hingga acara selesai. mulai dari orang soundsystem, lighting, panggung, pengisi acara, hingga bos-nya acara yang akan senantiasa mengharapkan kelancaran acara. therefore, it’s not just the MC’s matter.
begitu juga dengan hidup. apapun yang terjadi dalam hidup sepenuhnya akan kita hadapi, jalani, dan rasakan sendiri. namun jangan lupa juga, banyak orang-orang di sekeliling yang senantiasa mendukung kita (dengan atau tanpa kita sadari). pikirkan aja orang tua, teman-teman, pacar, tetangga, atau siapapun itu yang sering lo temui. mereka adalah partner dalam hidup lo. mereka juga yang akan terus berharap agar lo bisa menjalani kehidupan yang lancar, dengan segala ketegangan yang lo alami.
bertahun-tahun gue jadi MC, baru hari ini pikiran ini hinggap di otak gue. dan terus terang, this kinda release me. semoga akan terus bertahan di benak gue.
gue yang baru ditinggal teman gue ke kotanya, sempat merasa gue sangat sendiri. untung saja pencerahan ini muncul dengan cepat, sehingga gue nggak jadi frustasi.
EPILOG
menjadi seorang master di panggung bukanlah perkara mudah. apalagi master di kehidupan sendiri.
kehidupan memang rumit! ada aja masalah yang datang.
tapi satu hal yang sering gue kemudian bisa berpikir dengan lebih ringan adalah, kehidupan yang kita jalani adalah sungguh ibarat sebuah pertunjukan. berawal dan berakhir.
kalau mau berakhir duka, cukup lakukan kesalahan bodoh, dan nikmatilah akibatnya.
kalau mau berakhir bahagia, maka rangkaikanlah cerita yang membahagiakan, dan jalanilah.
mana yang lo pilih?
gue sih ngambil pilihan kedua. kalau tiba-tiba dikasih tantangan, jalanilah seperti saat harus naik ke atas pentas.
tarik nafas.
tutup mata.
ucapkan doa.
hembuskan nafas.
berikan senyum.
dan langkahkan kaki ke panggung dengan langkah pasti.
kalau salah ngomong di tengah-tengah, lakukan dengan cepat!
tarik nafas.
tutup mata.
hembuskan nafas.
berikan senyum.
lanjutkan.
toh pertunjukan pasti akan berakhir.
mungkin hidup memang bagai panggung sandiwara.
last but not least,
make up your dreams guys whatever it is. what  you want is actually what you dream!
mengutip @yuliliu,
poor person is not without cents, but without dreams. so, whatever you want, is actually what you dream.
THE END
–dedicated to ALL MC who read this post! =)–
faricawannabe
waaaaaaaaaaahhh, sebuah analogi yang bagusss! sebuat tulisan yang sangat menarik dan tentu selalu buat gue ketawa bacanyaa…hahahaa
vinnydubidu
wahhh anda baca sebelum resmi dirilis! hahaha. saya senang sekali kalau bisa bikin orang ketawa! hehehe.
faricawannabe
hah, macam tidak tau saya saja. saya selalu memperhatikan update.an terbaru dari blog kawan-kawan saya.hahahaaa
Andy
akhirnya baju bebe yg mahal itu kepake!!! *menyimpangdaritopik 😀
vinnydubidu
udah menyimpang, salah lagi! itu bukan bebe. tapi adeknya. raga dan jiwa. hahaha! bebe tu yang dipake di kawinan kokonya wempy! hahaha.
Gelda
setuju bgt!
boleh aku tambahin?
kata surya setya mulya(pengacara), “beranilah bermimpi! toh mimpi kan nggak pake bayar! kalau bermimpi aja tidak berani, pasti juga tidak akan berani mengejar apa pun!”
Bermimpi jadi master of anything.. that’s a good dream!
vinnydubidu
betul seklai mbak gelda! let’s dream big!