semua karena buku
Belakangan sedang suka membaca.
Terutama novel terjemahan.
Yang latar belakangnya tidak jauh bebeda :
– berlatar AS
– tokoh wanita karier
– datang dari kota kecil
– hijrah ke Manhattan / New York
– frustasi
– diterima sebagai publisis, penulis
– sukses di karier
– gagal di percintaan
Dengan ending cerita…
– ketemu pujaan hati (biasanya pria mapan, editor majalah dr perusahaan kompetitor, atau fotografer, atau penulis di majalah kurang terkenal di Manhattan).
Menikah.
Hidup bahagia.
Atau
– berakhir ‘gantung’. Karena tokoh mendapat promosi naik level. Pacar? Tidak terbahas lagi.
(Usia si tokoh biasanya berkisar 27-35th)
Lagi nganggur juga sih, makanya bisa baca.
Nah, tanpa sengaja, gue merenungi kegiatan gue itu tadi malam.
Banyak baca buku dengan latar serupa itu sedikit banyak, (oops coret) banyak mempengaruhi otak dan raga gue.
Contoh :
– berangan-angan ke US. Kuliah.
– abis itu ngelamar kerja di majalah.
– ketemu bos kayak Meryl Streep di Devil Wears Prada.
– diangkat jadi asisten (kerjaannya tiap pagi siapin kopi starbucks)
– terus disuruh bikin artikel.
– en de bre.
– eb de bre.
BANYAK!
Banyak yang gue khayalkan gara-gara buku-buku itu.
Sehat nggak ya?
Apa gue mesti ganti bacaan buku lain?
Kemarin sih sempet baca Marmut Merah Jambu sih (pemberian Rica. Thanks lagi loh).
Tapi pas ke toko buku, tetep aja mata mencari buku serupa.
Memang enak mengkhayal di pagi buta, siang bolong, apalagi tengah malam.
faricawannabe
kalo gitu ga usah baca lagi
nonton ajaa.
nonton drama korea.
haahahhaaaa