dilema manusia
pernah ngerasain sakitnya hati ditolak orang yang lo suka?
atau ditinggal orang yang lo sayang?
atau ninggalin temen-temen yang sudah sekian lama nemenin elo?
atau berpisah dengan keluarga nggak pernah pisah dari lo untuk sekian puluh tahun?
kalau nggak pernah, anggap atau itu pertanyaan curcol dari gue. hehe. gue merasakan semuanya. jangan ditanya lagi gimana rasanya mengalami keempat hal di atas. mau sedih tapi sok kuat. mau nangis tapi malu. mau ketawa apalagi.
hanya saja malam ini gue merasa perlu merecall semua memori gue, dan membuatnya menjadi sebuah pelajaran agar gue bisa jadi orang yang lebih RELA melepaskan apa yang bukan menjadi milik gue. susah memang! tapi ngga ada salahnya mencoba.
sakit hati ditolak orang yang disuka? gue ahlinya. karena udah keseringan. haha. tapi gue adalah versi anak bawangnya, kalau ditanya apa yang harus dilakukan sesudahnya. asal tau aja, gue nggak pernah rela melepaskan orang -orang yang gue suka, kalau belum ada sesuatu yang bikin orang itu pantas dilupakan. tapi kalau orang itu masih hidup, bernafas, produktif, gue masih akan tetap menderita. phsyco yah?
ditinggal orang yang lo sayang? nggak hanya berlaku untuk cowok, case ini berlaku untuk siapapun. especially, temen. sahabat. seperti yang akan gue dan temen-temen gue lain rasakan karena akan ditinggalkan oleh teman deket kita. (kok kayak speech orang mau meninggal? haha). she’s farica. kita sih baru deket nggak sampai setahun. hanya saja banyak cerita yang sudah kita bagi bersama. terutama urusan masa depan. gue salut dengan keberaniannya membangun mimpi bersama temen-temennya, walaupun bagi kebanyakan orang itu pasti akan dianggap gila. bikin clothing line? bisnis jualan dengan pasar para mahasiswa? hal-hal yang menurut gue nekad, tapi pernah ia impikan, dan sebagian lakukan. minggu depan dia akan berangkat ke Jepang. memulai salah satu mimpinya yang bukan lagi mimpi belaka, karena berhasil dia wujudkan. harusnya gue sedih dan bangga atas keberanian dia. tapi nggak bisa dibohongin, gue juga nggak rela melepaskannya pergi nun jauh ke sana. tapi bisa aja sih gue berusaha sok bijak.
let her go to chase her dream! support her! go Rica!
ninggalin temen-temen? gue merasakan ini 4 tahun lalu. nangis bombay bersama teman-teman karena harus berpisah seusai SMA. membayangkan betapa beratnya perpisahan dengan tempat curhat sejati, yang sudah menemani bertahun-tahun. membayangkan kapan kita akan bertemu lagi. akan jadi apa kita saat bertemu lagi. nanti si ini kawin sama siapa? si itu jadian sama siapa. si anu putus nggak sama si ini. hanya bisa dibayangkan, karena nggak bisa diceritain lagi, dikangenin, dan ditinggalkan. karena kita harus pisah. distance do seperate. (now I know why they hate LDR).
berpisah dengan keluarga? wah kalau yang ini juga tetap gue alamin 4 tahun lalu. hanya saja beruntung gue sering meninggalkan keluarga gue (kemana-mana sendiri), jadi nggak berat-berat amat saat harus meninggalkan. terlepas dari kebahagiaan karena tidak terikat lagi dengan keluarga. :). tapi untuk yang satu ini, gue masih mewek setiap kali pulang ke keluarga, entah itu 3 hari, seminggu, atau sebulan, dan harus balik kembali berpisah. perasaan terbesar yang bergejolak : mungkin nggak gue ketemu mereka lagi? yah mana tau kan … *knock knock hit the wood
hmmm…
emang nggak gampang menerima kenyataan saat kita harus melepaskan sesuatu yang sangat kita inginkan. sekalipun kita tahu itu baik untuk kita. orang putus mungkin butuh waktu beberapa minggu, bulan, atau tahun, untuk bisa melupakan semua memori yang pernah terjadi. begitu juga orang yang berpisah untuk kondisi apapun. perpisahan ayah ibu anak, perpisahan sahabat, perpisahan guru dan murid. ah nggak ada yang menyenangkan. nggak ada yang suka.
tapi inget nggak sih? satu kata RELA sebenernya menyelesaikan semuanya. rela menerima kenyataan orang yang kita suka sampai kapanpun nggak akan pernah membelokkan hatinya untuk kita. rela menghadapi kenyataan kalau memang kita harus berpisah dengan teman-teman, sahabat, orang tua, untuk SEMENTARA. toh kita akan kembali lagi, kan?
sebenernya ini semua adalah masalah WAKTU. setiap detik, jam, hari, yang kita lewati akan memupuk kerelaan kita sedikit demi sedikit. sampai akhirnya, kita pun sadar, hidup nggak semenderita yang kita bayangkan saat kita akan berpisah. dan tanpa disadari juga, kita tiba disaat dimana kita harus RELA lagi untuk melepaskan kembali apa yang sudah kita jalani setelah sekian lama, untuk kembali kepada kehidupan kita yang sebelumnya.
sekali lagi, nulis memang sejuta kali lebih gampang daripada praktek. gue aja menghela nafas, setelah membaca dua paragraf terakhir tadi. :). tapi yah inilah hidup. ada pertemuan, ada perpisahan, ada kerelaan. kerelaan untuk berjumpa, kerelaan untuk melepaskan.
kalau memang butuh waktu, mungkin kita perlu berteman dengan kesabaran.
jadi, untuk semua perempuan yang ditinggalkan, semua sahabat yang akan meninggalkan, semua orang tua yang harus melepaskan, mari berjabat tangan dengan kesabaran, dan memanggil kerelaan. tenang saja, pasti akan datang kebahagiaan. asal ingat, jangan sekalipun membenci penantian (baca : waktu).
tulisan oleh perempuan yang juga sedang belajar untuk merelakan.
faricawannabe
sumpah, sumpah, gue mewek baca bagian buat gue
yaph, rela dan sabar. itu kuncinya.
dan saya juga sedang belajar untuk itu. 🙂