Cut!
Dengan sigap, perempuan usia 25-an itu menyapukan kuasnya.
Senjata pensil alis pun diukirkan ke wajahnya bagai menuai lukiskan kanvas.
Sesekali, perias menginstruksikan perintah buka, tutup, naik, dan turunkan bola mata.
Sementara di belakang,
Pria tambun dengan earpiece menggantung di sebelah kanan kuping tak kalah sibuk.
Diskusi kecil tentang apakah rambu harus diluruskan atau dikeriting, sempat mewarnai ruangan.
Keputusannya, rambut keriting dengan alat pelurus.
Kadang si penata berhenti, kala rekan perias melakukan manuver berbahaya pada wajahnya.
Lalu dia,
Tak bisa berbuat apa-apa.
Apa lagi yang harus dipusingkan jika matanya seolah tertutup kala dipoles, karena bantuan kacamata harus ia lepaskan selama proses periasan?
Resiko mata rabun. “Pasrah saja,” pikirnya.
Cut!
Di tempat yang sama.
Dengan sigap, perempuan usia 25-an itu menyapukan kuasnya.
Senjata pensil alis pun diukirkan ke wajahnya bagai menuai lukiskan kanvas.
Sesekali, perias menginstruksikan perintah buka, tutup, naik, dan turunkan bola mata.
Sementara di belakang,
Pria tambun dengan earpiece menggantung di sebelah kanan kuping tak kalah sibuk.
Diskusi kecil tentang apakah rambu harus diluruskan atau dikeriting, sempat mewarnai ruangan.
Keputusannya, rambut keriting dengan alat pelurus.
Kadang si penata berhenti, kala rekan perias melakukan manuver berbahaya pada wajahnya.
Penanggung jawab pakaian tak kalah sibuk.
Dengan sigap, pria berambut keriting itu menyapukan jas dan kemaja bergantung rapi dengan steamer yang sudah menemaninya 1,5 tahun terakhir.
Tak lama berselang, si keriting mengeluarkan terusan manis warna merah muda, sesuai pesan atasannya tadi siang.
Dia sendiri juga kesibukan.
Dengan perangkat pintar terbaru keluaran apel, dia terus menatap layar tanpa mengalihkan pandangan.
Mulutnya komat kamit menghafal deretan kalimat berita yang ia buat tadi sore.
Sang perias yang sudah menanganinya 2 tahun terakhir ini menunaikan tugasnya tanpa banyak kata.
Pikiran mereka sudah berada di lintasan yang sama tentang bagaimana ia akan tampak di layar kaca nanti.
“Sudah, mbak”.
Segera ia pasangkan kembali si kacamata.
Sejak itu, senyum baru penuh harap tak lepas dari bibirnya.
Andy William
jiyee tanteee.. itu ngapain? jadi anchor kah? atau liputan?
vinnydubidu
Ehhh I wish ya liputan. Enggak kok. Jadi usher acara awarding night. Sempet numpang lewat di frame 2 seken lah. Hahaha. Cucok kan ya jd anchor? ;p
Andy William
boleh, jadi weather girl aja dulu.. baru nanti merambah jadi anchor.. hahaha…
Arman
iya cocok kok jadi amchor… 🙂
vinnydubidu
Thank you atas secercah harapannya! Haha.
Have you ever « vinnydubidus'
[…] News anchor Tidak ada yang spesifik. Tapi berhubung ini obsesi terpendam yang belum kesampaian, gue pun suka berandai-andai kalau one day gue hidup seperti mereka. Sudah pernah kutuliskan pula. […]