All Vinny  

Sehari di Semarang #1

Sebelum lupa, perjalanan singkat di Borobudur dan 20 jam di Semarang ini sungguh harus segera didokumentasikan. Jadi, langsung saja. 🙂 

Terpana dengan pesona Waisak di Borobudur (yang sayangnya berakhir tidak seperti yang diharapkan), sekitar 3 minggu sebelum Waisak, gue dan Mona memutuskan untuk berangkat ke Borobudur. Sayangnya, kereta api ke Yogya yang kita inginkan untuk keberangkatan malam satu hari sebelum Waisak, sudah full. Alhasil, kita beralih haluan ke Semarang. Berhubung neng Mona ini alumni Semarang, gue pun menyerahkan semuanya ke Mona. Pokoknya yang penting kita harus tiba di Borobudur, tanggal 25 Mei, tepat saat perayaan Waisak! Ya sudah, kita beli tiket kereta, dan hari keberangkatan pun tiba!

Jumat, 24 Mei, gue dan Mona berangkat dari Jakarta, dengan kereta api Bangunkarta, rute Gambir – Semarang Tawang, pukul 17.40.

Semarang 1

Tiba di Semarang hari Sabtu, pukul 01.00 WIB. Nah, rencana awal itu, kita mau ke kosan temennya Mona, baru naik travel ke Magelang yang berangkat jam 7 pagi.

Namun, setelah menimbang efisiensi waktu dan sebagainya, kita putuskan untuk batal ke kosan. Penggantinya, kita tungguin aja tuh jam 7 pagi, di stasiun SemarangTawang, tempat kereta kita tiba. Lalu, apa yang kita lakukan dari pukul 1 hingga 7 pagi?

Bertemankan tas ala backpakers segede gaban, gue dan Mona nongkrong di Dunkin Donut 24 jam di dalam stasiun. Kegiatan kami mulai dari pesen coklat, makan donat, tidur, bangun, pesen coklat lagi, main game, tidur duduk, tidur nunduk, bolak balik wc, ngobrol sama pengunjung lain, tidur lagi. Pokoknya dari yang cuma kita berdua, berenam, bersepuluh, hingga berduapuluh, karena sampe pagi.

Semarang 1 (3)

Karena kita ngambil travel jam 7 pagi, maka gue dan Mona sudah berencana untuk berangkat dari stasiun pukul 6 pagi. Menjelang pukul 6, gue dan Mona pun bersiap-siap. Cuci muka, gosok gigi, ganti baju. Saking lamanya kita di sana, pak security sampe nanya gue pas gue jalan balik dari wc ke dunkin usai bersih-bersih…

Belum pulang, neng?” 

Dengan malu-malu, gue bilang “belum, Pak” sambil melipir pergi. 😀

Sekitar pukul 6.30, gue dan Mona berangkat ke Sukun, tempat kita mengambil travel yang sudah dipesenin Ayu, temennya Mona. Tepat jam 7 pagi, mobil travel berangkat!

Semarang 1 (6)

“SOPIR DILARANG NAKSIR PENUMPANG”

Tiga jam kemudian, kami tiba tepatnya diturunkan di salah satu perempatan di daerah Selaman (kalau tidak salah ingat). Dari sana, gue dan Mona mengambil bis umum ke arah Borobudur. Tadinya kita pikir akan langsung tiba di Borobudur. Ternyata masih sampai di terminal bis lainnya. Kita kudu transit lagi untuk ngambil bis yang berangkat ke Borobudur. Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya bis umum ini pun berangkat!

Pukul 12.00 siang, gue dan Mona pun tiba di Borobudur. Tenang, ini baru terminal Borobudur, yang jaraknya masih sekian puluh meter dari pintu masuk Borobudur. Karena sudah kelaparan, kami pun makan di terminal, sembari Mona menelepon sana-sini untuk membereskan kerjaannya. Satu jam kemudian, kami naik becak untuk menjangkau pintu masuk Borobudur. Soalnya kata mbak kantin, jalannya jauh, yah udah kita ikutin. Tapi seru aja sih naik becak. Hihi.

Semarang 1 (8)

Jalanan menuju candi

Sepanjang jalanan ke pintu masuk itu, kita ngelihat keramaian orang yang masuk ke areal Borobudur. Ada juga penjagaan satu dua orang polisi di jalan. Nggak banyak sih untuk ukuran keramaian sepadat itu.

Sesampainya di Borobudur, kita langsung beli tiket dan berjalan masuk ke areal Borobudur. Sasarannya, taman kosong!

Semarang 1 (10)

Untunglah, karena baru jam segitu, masih banyak space kosong. Kita sempat baring-baringan di taman, sembari Mona menelpon sana sini *tetep kerja*. Gue pun sempet tidur duduk lagi di taman, sebelum akhirnya gue bergabung sekitar satu jam dengan teman-teman vihara yang juga melaksanakan ibadah Waisak di areal Borobudur.

Usai beribadah, gue bergabung lagi dengan Mona. Akhirnya malam mulai tampak. Jam yang sudah kita tunggu-tunggu. Detik menuju malam, detik menuju liilin, detik menuju lampion. Tapi oh tapi… Gerimis mulai turun. 🙁

Semarang 1 (12)

Masih bertahan karena baru rintik-rintik

Setelah sempat berteduh di salah satu tenda, kami pun memutuskan untuk berjalan ke arah candi. Kebetulan ada temannya Mona yang sedang menunaikan tugas liputan Waisak. Satu jam… Dua jam… Gerimis pun berubah menjadi hujan…

Makin lama… makin deras….

Kerumunan yang tadinya masih bertahan diguyur gerimis pun mulai bubar. Payung-payung mulai berseliweran di pelataran. Ada yang di bawah pohon, ada yang di bawah tenda. Ah riweh banget de pokoknya. Gue dan Mona yang sudah kelaparan dan kehausan pun bergabung dengan himpit-himpitan entah berapa pengunjung yang datang.

Semarang 1 (13)

Mulai payungan, dan hujan semakin deras

Pukul 20.00 WIB, acara di depan altar Buddha yang beratap tenda dimulai. Seperti acara protokoler biasa, kita pun mendengar sambutan beberapa pejabat tingkat negara dan provinsi. Hmm, sedihnya, yang memberikan sambutan tampaknya tidak peduli dengan umat maupun non umat yang sudah habis-habisan diguyur hujan. Sambutan masih dibacakan dengan lamban, bertele-tele, dan panjang lebar. Belum lagi, selipan promosi terkait Pilkada Jawa Tengah yang akan diadakan keesokan harinya. *sigh*

Hujan tetap turun dengan lebatnya. Gue dan Mona yang tidak prepare sama sekali untuk membawa perlengkapan penghalau hujan terpaksa membeli payung seharga 50 ribu rupiah. Ya sudah deh hitung-hitung amal. Setelah sempat bergabung lagi dengan kerumunan pengunjung itu, akhirnya kita mutusin untuk masuk ke mobil temennya Mona.

Meski sempat berharap, berdoa, masuk mobil, ganti baju, keluar lagi, ternyata memang bukan jodoh kita untuk bisa melihat lampion tahun ini. Waktu gue dan Mona kembali lagi ke luar untuk melihat apa yang terjadi di pelataran, tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa ritual lampion dibatalkan, karena memang hujan nggak reda-reda. :(. Akhirnya, kami pun berjalan kembali ke mobil.

Hmm. 

Gimana sih gitu rasanya, sudah bela-belain banget datang. Tapi gimana juga ya, namanya alam nggak bisa diprediksi. Akhirnya kita pun putuskan untuk kembali ke mobil, menunggu temannya Mona selesai bekerja.

DAN,

kembali ke Semarang.

Tanpa oleh-oleh lampion. 🙁

Tapiiii…… Kerelaan untuk tidak melihat lampion sungguh terbayarkan selama satu hari penuh di Semarang. Banyak kejutan yang membuat jalan-jalan pertama saya ke luar kota yang singkat itu menjadi menyenangkan! 🙂

Cerita lengkapnya, menyusul ya. 🙂 

0 thoughts on “Sehari di Semarang #1

  1. Lauren

    ahhhh saya sedihhh,,, penonton kecewa :((
    tak ada lampion tak ada lilin
    wes lah, anggap jalan2 hahaha macam backpack dah niat bener mpe nginep di dunkin hahahaha

    ehh, aku jg baca yg ttg caleg itu di twitter kena cibir wkwkwkwk

Leave A Comment