All Vinny  

Sehari di Semarang #2

Semarang, Minggu, 26 Mei 2013

Setelah menelan sedikit kekecawaan karena gagal menonton lampion, gue dan Mona, pun bertolak ke Semarang. Sekitar pukul  24.00, kami bertiga berangkat ke Semarang. Dengan kecepatan mobil yang lumayan oke di tengah hujan lebat, kami tiba di kosan Ayu, teman kuliahnya Mona, pukul 2.30 WIB.

Setibanya di kos, tanpa banyak babibu, kami pun tumbang di kamar kosan Ayu!

Sekitar jam 8 pagi, oleh Ayu, dan tiga teman lainnya, gue diajak jalan ke depan kosan, yang mana berada di dekat Simpang Lima (konon katanya ini salah satu titik yang terkenal dari Semarang). Senangnya lagi, pagi itu, berhubung hari Minggu, buanyak bener yang jualan. Makanan lagi yang dijual. Mulai dari siomay, sate, soto, kue, ah lengkap. *senang*

Sarapan pagi itu pun diisi dengan Soto Lamongan.

Setelah makan, kita jalanbalik ke kosan. Tapi kali ini agak muter. Jadi gue bisa melihat Simpang Lima dan sekitarnya. (Plus mampir lagi makan jagung serut. :D)

image

Kelar mengisi perut, kami kembali ke kosan.

Kebetulan Mona memutuskan untuk tidak ikut, karena harus menyelesaikan kerjaannya. Sambil menunggu Mona, gue pun tidur lagi, sampai pukul 15.00. Balas dendam tidur kemarin.

Usai gagal melihat lampion di Borobudur, Mona sudah mencanangkan akan mengajak gue jalan ke beberapa lokasi wisata di Semarang. Biar nggak terlalu kecewa, katanya. Hehe. Soalnya Mona emang udah pernah ikut perayaan lampion. Gue aja yang belon. 😀

Dan, tempat wisata pertama yang kita kunjungi adalah, museum Sam Poo Kong. Atau juga yang di Path (entah kenapa gue memilih patokannya Path ahaha), ditulis Cheng Ho Temple.

image

Tujuan kita di sana tentu untuk berfoto-foto. 😀

image

image

image

Dari kuil, kita mampir makan soto gulai kepala ikan kakap Pak Bedjo. Dan, harganya murah sekali. Makan ber5, lengkap dengan minum es teh manis, es jeruk, cuma 70 ribu sekian!

Perjalanan belum selesai. Tujuan berikutnya jatuh di Toko Oen! Nah, kalau yang ini, adalah tempat memoriamnya Mona waktu masih menjalin asmara dengan pria pria semasa dirinya kuliah di Semarang. Dan, tempatnya memang oke! Suasana jadulnya dapet, tempatnya nyaman. Cukup asyik buat ngobrol-ngobrol cantik dengan teman.

image

image

Dari toko Oen, kami mampir beli oleh-oleh. Di sana, waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. Artinya, beberapa jam lagi menuju kepulangan kami ke Jakarta, pukul 23.00.

Setelah mendapatkan oleh-oleh, kami kembali ke kos Ayu, untuk berkemas-kemas.

Seolah ingin menepati  janjinya untuk membawa gue mengunjungi tempat wisata, kami pun mampir di Kota Lama. Lokasinya dekat dengan stasiun Semarang Tawang. Jadi, menurut perhitungan Mona, pas banget kalau kita tunggu jam berangkat di sana. Sekitar pukul 20.00, gue dan Mona tiba di Kota Lama.

Tentu, foto-foto tak luput dari aktivitas yang satu ini. 😀

image

image

Menyusuri Kota Lama cukup menyenangkan. Hampir mirip dengan Kota  Tua Fatahillah. Cuma, kalau menurut gue, tempat ini sedikit lebih tertata rapi, dan memang lebih sepi. Tidak heran, kata Mona, ada titik yang dijadikan tempat untuk berbuat yang tidak-tidak oleh tukang becak atau angkot yang ada di sekitar sana.

Tadinya, Mona mau ngajak gue mampir di warung kopi tempat dia biasa nongkrong. Namun, ternyata ada tawaran lebih menyenangkan dari temennya Mona. Katanya ada salah satu kafe di Kota Lama, yang asyik untuk didatangi. Setelah berfoto, kami pun mampir ke sana.

DAN.

Tempat ini sangat menyenangkan!

Namanya, Noeri’s Café. Baru buka 1 bulan. Rencananya, grand launching 1 Juni kemarin.

image

Dari luar, café ini terlihat kecil. Namun, berhubung dia ada di antara gedung-gedung lama yang masih kosong, café ini cukup mencolok dengan pintu warna merah dan lampu kekuning-kuningan.

Setelah masuk ke dalam, gue dan Mona cuma bisa terpana. Café dipenuhi dengan barang-barang antik, mulai dari jam gede, radio, pemutar film, kumpulan koran lama, kepingan piringan hitam, alat pemutar piringan hitam, sampai, musik-musik jadul. Interiornya pun terasa seperti rumah. Sangat nyaman.

image

image

image

Dan, tidak hanya itu. Temennya Mona mengenalkan kami kepada pemilik café, yang juga adalah pedagang barang kuno yang terpajang di café tersebut. Katanya, koleksi itu cuma 1 persen dari koleksinya di rumah.

Pak Handoko, yang akrab disapa Pak Han, kemudian menemani kami selama dua jam berikutnya. Dia bercerita tentang koleksinya di rumah, kegemarannya dengan barang kuno yang diturunkan dari ayahnya yang juga menjadi pedagang barang kuno. Saking cintanya dengan seni, Pak Han juga membuat kampungsenilerep sebagai tempat berkreasi para seniman Semarang. Sayang, karena keterbatasan dana, untuk sementara kampung seni harus berhenti beraktivitas.

Pak Han ini juga pencetus salah satu galeri seni di Semarang. Ia pun bercerita kalau Ahmad Dani adalah salah satu pelanggan radio kunonya. “Kalau Ahmad Dani koleksinya yang kecil, bukan yang sebesar ini. Hehe,” begitu kata Pak Han, seraya menunjukkan radionya yang juga ia setel tak lama kemudian. 🙂

image

Wah, ramah sekali deh sambutan Pak Han malam itu. Tak hanya cerita, dia juga menyetel salah satu piringan hitamnya di gramophone yang dipajang, dan suara dari corong besar di bawah ini, sangat luar biasa! 🙂

image

image

image

image

Mona yang sedang batuk pun mendapat oleh-oleh 2 bungkus tolak angin yang diberikan si Bapak. Belum lagi, kami disuguhi makanan favorit café, yakni Casava (isi tape), yang rasanya enak sekali!

Tak terasa, ngobrol sana sini, foto sana sini, keliling sana-sini, waktu pun menunjukkan pukul 22.30 WIB.  Oleh salah satu seniman yang kebetulan sedang ada di sana, kami diantar ke stasiun.

Dan, perjalanan kurang dari 24 jam di Semarang pun berakhir kembali di Semarang Tawang. Kalau kalian pernah ke Semarang, lagu yang berbunyi di stasiun tiap kereta datang cukup melekat di kepala, dan cukup membuat ingin kembali ke sana lagi.

Terima kasih, Semarang, untuk tempat-tempat jadoelnya.

Terima kasih Ayu dan teman-teman, untuk jalan-jalan asyiknya.

Terima kasih Pak Handoko, untuk akhirnya memenuhi rasa penasaran saya melihat bagaimana piringan hitam itu berputar di atas gramophone. 🙂

20130526_220545

Terima kasih, Borobudur. Mudah-mudahan tahun depan, saya bisa kembali melihat lampion di tempatmu.

image

 

Ternyata seru ya jalan-jalan backpacking-an meskipun cuma satu hari!  Let’s do it more! 🙂 

0 thoughts on “Sehari di Semarang #2

  1. Audrey Subrata

    kunjungan perdana, wish someday could go to Semarang. 🙂

Leave A Comment