My Kind of New Year’s Eve
Lima tahun terakhir, malam tahun baru saya selalu dihabiskan dengan kesibukan menyiapkan kegiatan yang dilangsungkan oleh vihara tempat saya bergabung, di Jakarta. Saya dan puluhan teman-teman sibuk dengan skenario kerja, order interbid, hadiah, juri, penilaian, dan sejenisnya untuk puluhan kompetisi yang diikuti ratusan anak muda dari seluruh Indonesia, dalam Indonesian Dream Festival (IDeFest) yang diadakan setiap akhir tahun. Sementara menyiapkan berbagai pekerjaan tadi, kami pun dihibur dengan merasakan ketegangan suasana peserta yang bertanding, presentasi, beraksi di atas panggung, hingga menunggu pengumuman pemenang.
Itu aktivitas lima tahun sebelumnya. Tidak dengan tahun ini.
Malam pergantian tahun 2013 ini, saya habiskan dengan menjadi peserta. Hal ini terjadi lantaran saya tidak lagi menetap di Jakarta, melainkan di Pontianak. Karena terkendala dengan lokasi persiapan acara dan sebagainya, maka saya pun fokus menyiapkan daerah saya untuk bertanding di acara serupa.
Sekian lama lepas dari suasana peserta, kemudian bergabung kembali, sungguh membawa banyak cerita menyenangkan. Bersama puluhan teman-teman dari Pontianak, kami gigih menyiapkan diri untuk bisa menampilkan karya terbaik di IDeFest. Selain sekedar berpartisipasi, keinginan untuk bisa mengharumkan nama daerah juga menjadi motivasi terbesar kami dalam festival tahun ini.
Hari-hari saya bak orang sibuk. Pagi les, siang sampai sore kerja, malam sampai tengah malam persiapan di vihara. Terus begitu selama hampir 2 minggu. Sampai-sampai, si ibu sempat jatuh sakit, dan bukan saya yang membawa beliau ke rumah sakit, melainkan teman dan saudara saya. Mungkin alam tahu saya sibuk untuk tujuan yang besar, karena ibu sudah kembali pulih sekitar 3 hari kemudian, tepat saat saya akan berangkat ke Jakarta untuk menghadiri IDeFest.
Hari-hari di Jakarta berlangsung penuh emosi. Semangat yang kami bawa dari bandara Pontianak menuju Jakarta hingga ke lokasi acara untuk mengikuti penyisihan di hari yang sama, sedih karena gagal melewati tahap penyisihan, semangat lagi karena mendukung kompetisi lain yang tertinggal, sedih dan kecewa karena kembali gagal, semangat, sedih, dan tegang kembali karena menunggu pengumuman pemenang. Sungguh gado-gado. Tapi, rasanya lucu juga kala mengingat saya yang dulunya hanya melihat dari luar, kali ini kembali terlibat dalam apa yang saya lihat tahun sebelumnya. Menunggu pengumuman pemenang sungguh tidak menyenangkan. Apalagi kalau kamu sendiri terlibat di dalamnya. Hihi.
Yah pengumuman akhirnya didapat. Ada kesedihan atas empat lomba yang gagal kami menangkan, tapi ada juga kebahagiaan atas satu lomba yang berhasil kami menangkan. Tapi apapun itu hasilnya, saya sangat senang dengan malam tahun baru saya kemarin. Senang rasanya menjalani cerita baru dalam situasi baru bersama teman-teman baru.
Kawan, kita siapkan diri kita, supaya malam tahun baru 2014 nanti kita bisa bersorak sorai karena bisa memenangkan lebih dari satu lomba ya!
Make up sebelum tampil. Cantik kan? 🙂
Pose kelar latihan di rumah. Siap-siap nge-busway lagi.
**
Indonesian Dream Festival (IDeFest) adalah kompetisi anak muda yang diselenggarakan oleh Majelis Nasional Buddha Dharma Indonesia. Kegiatan ini dilangsungkan di Megamendung, Bogor, Jawa Barat, beberapa hari sebelum pergantian tahun. Jadi, setelah ratusan anak muda seluruh Indonesia setelah sibuk berkompetisi kreatif (video, nari, nyanyi, band, foto, solo vokal, dan semacamnya), para peserta akan menutup tahun dengan beribadah di kuil bersama ribuan umat lainnya yang datang dari seluruh Indonesia. This is how I spent my new year almost every year and hasn’t get bored of it. 🙂