Kids Can Win
“I wish the players every success in the future. You know how good you are, you know the jersey you’re wearing, you know what it means to everyone here and don’t ever let yourself down. The expectation is always there.”
Demikian kalimat penutup yang disampaikan oleh Sir Alex Ferguson dalam pidato terakhirnya sebagai manajer kesebelasan Manchester United. Satu demi satu kalimat yang disampaikan di hadapan lebih dari 70 ribu pendukung, meninggalkan rasa bangga dan haru. Tepuk tangan terus bergemuruh dari stadion Old Trafford, Manchester Raya, Inggris. Di momen terakhirnya melepas tim Manchester United, Sir Alex masih terus memotivasi anak didiknya.
Gambar dari sini
Ya, 8 Mei 2013, menjadi hari bersejarah bagi The Red Devils dan pendukungnya. Inilah hari di mana Sir Alex Ferguson menyudahi tugasnya sebagai manajer Manchester United, setelah 27 tahun lamanya.
Hari ini pun menjadi hari bersejarah bagi saya.
Hari itu, Rabu, 8 Mei, saya berada di salah satu sudut kota Jakarta. Waktu itu, saya masih seorang pekerja media. Saya yang kebetulan ditempatkan di bagian olahraga diperintahkan oleh si bos untuk membuat tulisan tentang mundurnya Sir Alex Ferguson sebagai manajer Manchester United. Youtube, theguardian.co.uk, bbc.co.uk, dan puluhan tab-tab browser menjadi sumber saya mencari berita tentang Sir Alex. Itulah hari pertama saya mulai berkenalan dengan Fergie, sapaan kecil Sir Alex Ferguson.
Melihat cerita tentang Fergie membuat saya mulai tertarik dengan Manchester United. Terlebih, ketika saya mengetahui bahwa Tim Setan Merah yang ditakutkan saat ini, ternyata lahir dari sebuah tim underdog.
Fergie saat diumumkan sebagai manajer MU, tahun 1986. Gambar dari sini
Tahun 1992, saat kesebelasannya mengalami krisis pemain, dengan pede-nya Fergie merekrut sejumlah pemain muda alias anak bawang, dari Britania Raya. Banyak pihak meragukan keputusannya. Termasuk para kritikus. “You’ll never win anything with kids”, begitu komentar pedas para kritikus.
Namun, Fergie yang terkenal tegas ini tidak peduli. Ia sepertinya ingin membuktikan kepada para kritikus bahwa dugaan mereka salah besar. Berkat gaya kepemimpinan yang tegas dan motivasi yang henti-hentinya, perlahan tapi pasti, gerombolan si muda yang dijuluki Class of ’92 berhasil unjuk gigi.
And here they are!
Ryan Giggs, Nicky Butt, David Beckham, Garry Neville, Phil Neville, dan Paul Scholes, yang sukses membuktikan pada dunia bahwa “Kids can win”. See?
Gambar dari sini
***
27 tahun mendampingi sebuah tim sepak bola tentu bukan waktu yang singkat. Hal semacam ini hanya bisa terwujud karena adanya komitmen yang begitu besar dari Fergie. Hal ini tampaknya sejalan dengan sebutan yang disematkan oleh Bobby Charlton kepada Old Trafford, yakni “The Theatre of Dreams“. Sama halnya dengan Fergie, selama puluhan tahun, simbol kebesaran Manchester United ini setia untuk terus memberikan ‘nyawa’ bagi pembela The Red Devils.
Gambar dari sini
Melihat sejarahnya sejak tahun 1910, stadion yang berdiri megah di tepi Sungai Irwell ini memang telah menjadi “Teater Impian”. Theatre of Dreams menjadi panggung perwujudan mimpi-mimpi para patriot Manchester United dan pemujanya. Mereka yang ingin merebut gelar juara dan ingin melihat tim kesayangan mereka sukses menukik lawan-lawannya, menumpahkan mimpinya di sini. Di musim paceklik selama satu tahun terakhir inipun, saya yakin Theatre of Dreams belum bosan untuk menyorakkan “We will win!” bagi tim Setan Merah.
***
Selepas membolak balik kanal berita tentang Manchester United, Old Trafford, dan Sir Alex Ferguson, hari itu, di bawah langit Jakarta, saya mengikrarkan diri bahwa saya harus bisa menginjakkan kaki di atas rumput stadion Old Trafford. Saya ingin menjadi saksi keberadaan stadion megah berusia 100 tahun, dan merasakan bagaimana ambience yang diberikan oleh sebuah lapangan yang mencetak pemain dunia, dan menjadi lautan para pendukung setia yang tak pernah letih mendukung para idolanya.
Dan tulisan ini, saya persembahkan untuk satu tahun mundurnya Fergie, sekaligus merayakan satu tahun usia mimpi saya untuk mengunjungi Inggris.
Gambar dari sini