All Vinny  

Ayo ke Sini!

Keindahan negara Inggris telah banyak menyihir orang-orang di sekeliling saya. Saya ingat betul ketika salah satu teman dengan penuh semangat berkata, ‘Vinny! Gue pengen ke Inggris!’. Alasan mereka pun beraneka ragam. Mulai dari ingin melihat Big Ben, berfoto di depan Oxford University, atau mengunjungi stadion klub bola favoritnya. Karena mimpi yang belum juga terwujud, ada juga yang tergila-gila menitip sovenir bendera Inggris kepada siapapun yang berrkunjung ke sana.

Nah, di antara mereka yang masih bermimpi, salah satu teman saya yang berhasil mewujudkan cita-citanya untuk menginjakkan kaki di kota London adalah Christine Franciska, yang akrab disapa Itin. Itin adalah teman saya semasa bekerja di media.

Bulan Juli 2013 lalu, Itin menghabiskan waktu selama 3 minggu di London untuk mengikuti pelatihan jurnalisme bersama salah satu media nasional Inggris.

Selama di sana, saya dan Itin sesekali saling berkirim pesan singkat. Saya yang suka berkhayal ini, punya kebiasaan meminta teman saya untuk memotret keadaan di sekelilingnya, khususnya ketika mereka sedang berada di tempat yang memiliki ‘arti’ untuk saya. Melihat foto mereka untuk sepersekian detik selalu berhasil membawa saya berpindah tempat ke apa yang sedang saya tatap.

Misalnya, saya pernah meminta teman saya memotret taksi kuning para New Yorkers yang sesungguhnya saat ia sedang mengunjungi Manhattan, Amerika Serikat, salah satu kota impian yang ingin saya kunjungi.

Manhattan-20120208-00398Pernah saya tuliskan di sini

Di kesempatan lain, saya juga meminta teman saya untuk memotret tempat nongkrong saya dan kawan-kawan semasa bekerja sebagai peliput berita olahraga, Gelora Bung Karno, Jakarta.

20140514_170315 (1)

 Terima kasih banyak, Gadi!

Nah, Itin juga mendapatkan titipan serupa.  “Tin, fotoin gue Big Ben!”, pesan saya sebelum ia bertolak ke Inggris. “Fotoin pemandangan sekitar tempat tinggal lo, taman-taman yang lo lewatin, juga boleh kok”, pesan berikutnya yang saya susulkan kepada Itin. Hari demi hari menanti, namun tak satupun foto yang kunjung datang.

Sampai pada satu hari, Itin menghubungi saya dan memberikan kabar bahwa jadwalnya di sana terbilang padat. Pelatihan dari pagi, siang, hingga malam. Setiap hari ia harus berjalan kaki dari apartemen ke kantor tempat pelatihan dilaksanakan. Belum lagi, proses adaptasi yang tidak mudah. Apalagi, ketika rasa sepi dan homesick mulai menyerang karena menyadari tidak ada kerabat dekat di sana, kecuali satu rekannya yang juga mengikuti pelatihan dari Indonesia.

Menerima pesan tersebut, saya pun maklum-maklum saja. Masa’ iya orang lagi sibuk dipaksa ngambil foto? Teman macam apa saya. Sejak itu, saya tidak lagi ‘menagih’ foto Big Ben kepada Itin.

***

Tidak terasa, masa pelatihan Itin hampir berakhir. Beberapa hari sebelum bertolak ke Indonesia, diawali dengan permintaan maaf karena baru bisa berkabar karena kesibukan yang luar biasa, sebuah pesan dari Itin masuk ke telepon genggam saya.

TOWER BRIDGEPernah ditulis di sini

Menerima gambar dan pesan yang Itin tulis, saya langsung tersenyum sumringah. Hati saya seketika berada di atas level rata-rata sebuah perasaan bahagia. Melihat nama ‘Vinny’ di sana, sesuatu, yang tidak bisa saya jelaskan bagaimana bentuknya, membawa tubuh ini menggantikan posisi kertas yang Itin pegang.

Sejak hari itu, saya menyelipkan mimpi berikutnya yang akan saya kejar. Suatu hari nanti, yang akan berdiri di atas Sungai Thames, di hadapan Tower Bridge, bukan lagi kertas dengan coretan nama saya, melainkan saya sendiri.

Dan tulisan ini menjadi cerita penutup mengapa saya ingin ke Inggris.  As this is my last post for #InggrisGratis, hopefully we’ll make it right, Tin! 🙂

0 thoughts on “Ayo ke Sini!

  1. temi

    Good luck Vinny! Semoga menang ya :))

    1. vinnydubidu

      Makasih Mba Temii. Aminn =))

Leave A Comment