Menangis atau Terharu?
Menurut hemat saya…
– Menangis itu air mata yang muncul karena perasaan yang meluap-luap, (tapi menurut saya sih cenderung sedih atau susah).
– Terharu itu air mata yang muncul karena seseorang menghadapi sebuah peristiwa yang besar (cenderung membahagiakan).
Jumat, 6 Juni 2014, teman baik saya, Lauren, menikah dengan laki-laki yang sudah dia pacari, hampir, 10 tahun. Ya, sejak SMA keduanya sudah merajut kasih. Tiap jam istirahat, sementara saya dan teman-teman berlari secepat kuda menuju kantin agar bisa mendapatkan bakso, Ren dan pacarnya adem ayem aja di dalam kelas. Sementara salah satu dari kami sedih (jaman dulu belum ada ‘galau’) karena urusan cowok-cowokan, Ren hanya menanggapi kami dengan tanggapan datar-datar saja. Hubungan yang pasang surut juga mereka alami. Namun mereka bertahan, hingga hari ini.
Masa SMA adalah jaman saya mulai merasakan jadi anak remaja itu seru. Saat itulah saya bisa bawa motor sendiri ke sekolah, dan merasa begitu anggun mengenakan seragam SMA putih-putih (seragam sekolah) dengan potongan rok yang bukan lagi ngembang-ngembang melainkan span ala gadis kantor. Keberanian untuk bolos, sedikit nyontek, juga baru saya dapatkan di kala SMA. Dan kesenangan terbesar tentu karena mendapatkan teman akrab layaknya teman-temannya Cinta di film AADC (Ada Apa Dengan Cinta?).
Pengganti Cinta dan kawan-kawan, versi AADP (Ada Apa di Pontianak).
Lulus SMA tahun 2006, kami semua berpisah. Sisca ke Jogja, Maria kembali ke kampung halamannya di Sintang yang harus ditempuh lewat 10 jam perjalanan darat dari Pontianak, saya ke Surabaya, dan Lauren di Pontianak. Perjumpaan dengan personil komplit yang terakhir, ya perpisahan tahun 2006 itu. Sisanya, terpisah-pisah. Saya bertemu Sisca di Surabaya, saya bertemu Lauren di Jakarta, Maria bertemu Lauren di Pontianak, kami bertiga bertemu di Pontianak tanpa Sisca. Sering kami membuat janji untuk bertemu kembali, di Bali. Namun tentu tak wujud terjadi.
Pertemuan komplit itu baru terjadi ketika salah satu dari kami… menikah.
Beberapa hari lalu, Sisca pulang ke Pontianak, Maria datang ke Pontianak. Kami berkumpul kembali hari ini, di hari besar Lauren! Saya, Sisca, dan Maria, mampir ke acara kumpul keluarga Lauren di restoran. Harusnya dia tidak tahu Sisca akan hadir. Namun, instingnya terlalu kuat untuk melewatkan tipuan kami bahwa salah satu tidak bisa hadir. Kejutan kami tidak terlalu mengejutkan. Setelah acara makan-makan, kami pun foto-foto. Satu per satu anggota keluarga pamit pulang, termasuk ayah dan ibu Lauren.
Di sinilah drama terjadi.
Ayah dan ibu Lauren melangkahkan kaki menuju untuk menyalami kedua mempelai, kemudian berhenti saat menyalami anak pertamanya. Semacam salam perpisahan karena mulai hari ini Lauren akan resmi ‘keluar’ dari rumah dan ‘masuk’ ke rumah suaminya. Sang ibu tampak berpesan ini itu kepada sang putri. Kami bertiga berdiri sekitar 2 meter dari tempat mereka bersalaman. Melihat adegan itu, tanpa perlu mendengar apa yang dibicarakan, satu per satu dari kami mulai bereaksi. Reaksi paling besar terjadi di saya.
Sebenarnya saat melihat adegan itu saya sudah berkaca-kaca, dan langsung pura-pura sibuk dengan handphone. Tapi saya gagal. Sesaat setelah ayah dan ibu Lauren pulang (saya melihat raut wajah ibu dan ayahnya yang tampak menahan sedih namun berusaha kuat untuk tersenyum), saya menoleh ke Lauren. Ternyata si pengantin wanita sudah sibuk menghapus air mata di balik bouquet cantik yang dipegang. Saya pun ikut menghapus air mata. Dengan tambahan air yang mulai mengucur di hidung. Saya banjir air mata. “Ah kau nih tak berubah dari SMA,” begitu saja tanggapan si pengantin wanita.
Saya memang orang yang mudah menangis. Apalagi kalau dipancing. Melihat adegan Ren dan ibunya, saya bisa merasakan bagaimana beratnya si ibu melepaskan Lauren yang selama ini selalu bersama dirinya sejak kecil. Saya bisa merasakan betapa sedihnya Lauren yang harus meninggalkan keluarganya, untuk masuk ke keluarga baru. Keduanya sedih untuk berpisah.
Air mata saya juga mengucur karena kesedihan melihat salah satu teman saya ‘pergi’. Pergi untuk menjadi seorang perempuan yang sesungguhnya, meninggalkan status ‘remaja’, beralih menjadi seorang ‘istri’. Saya sedih membayangkan mungkin saya tidak akan bisa lagi seenak perut menelepon Lauren jam 12 siang untuk makan nasi uduk atau es krim di pinggir jalan. Saya sedih membayangkan tidak akan bisa curhat seenak hati lagi kepada teman yang selalu siap mendengarkan dan memberikan saran dengan cuek namun mengena. Saya sedih karena mulai hari ini, teman terbaik saya akan ‘berubah’. Dia sudah menjadi menantu dari keluarga baru, dan istri seorang pria, bukan lagi remaja yang bisa hura-hura sesukanya (macam saya).
Namun, air mata untuk itu tentu tidak boleh bertahan lama. Jadi, setelah adegan tisu-tisuan dan foto bersama, saya menyingkirkan keegoisan saya yang merasa kehilangan. Saya harus membesarkan hati untuk berbahagia. Saya ingin air mata saya muncul karena terharu. Ini pasti hari yang sangat Lauren tunggu, kendati dia selalu berkata tidak merasakan deg-deg-an untuk hari ini. Lauren pasti sudah siap untuk mengganti status barunya dari ‘pacar’ menjadi ‘istri’, ‘anak’ menjadi ‘menantu’, dan ‘remaja’ menjadi ‘dewasa’. Lauren pasti bahagia, jadi saya wajib merasakan hal yang sama juga.
Lauren, aku sungguh mendoakanmu agar semakin bahagia dengan kehidupan baru. Semoga langgeng dan bahagia lahir batin bersama Indra. Lain kali kalau nggak sempet ketemu buat curhat, akan ku email kau. Kalau mau makan es krim atau nasi uduk, aku akan telepon sehari sebelumnya. Siang hari, bukan malam hari, supaya tidak mengganggu ‘tidurmu’. Have a great life, Ren! Love youuuu!
“I was rooting to not losing my best friend. But that’s selfish.
No matter where you go, I’m in your corner and will always be.”
Robin Scherbatsky to Lily Adrin, for not wanting her moving to Italy. (HIMYM season 9 episode “Bass Player Wanted”)
Arman
iya lah pasti terharu ya… congrats buat lauren!
vinnydubidu
sudah disampaikan ke yang bersangkutan. thanks kak! 🙂
Allen
Terharu dooonk.. =D
Hai, dear. Thank you for sharing a glimpse of her wedding story. I’m a friend of her. Sayang wktu itu aku ga bsa hadir krn hari kerja.
Deskripsi kamu tepat banget loh soal sifatnya Lauren!! I know her too, kayaknya wktu dia mau nikah, gw lbh panik n kalut drpd dia nya. Ha3
Yah memang dia orgnya cuek2 aja sih ya, tapi dibalik itu kalo kita ad masalah, pas deh dia diminta saran (sejenis tong penampung masalah yg baik dia). Sometimes she think older, i mean, wiser, than her age (bukan brarti penuaan dini ya).. hahaha
Well, we both wish the best for her =)
ps: dia pasti bangga ama kamu (dan dirinya sendiri krn di jadiin post wkwkwk), dia yg share post ini ke aku loh. He3
Thank u again for sharing.
vinnydubidu
Haii Allen. Wah, setelah sekian lama Ren nyebut-nyebut namamu terus (tanya dia aja kenapa namamu disebut haha), akhirnya kita berkomunikasi di sini. Hehehe.
Iya, meskipun cuek, Ren ternyata ngangenin juga. Nggak nyangka. Nggak nyangka juga dia AKHIRNYA menikah. Let us wish all the best for her and new family!
Jadi, abis ini, kapan-kapan kita konsultasi bareng ya sama Ren haha.
Thank you also for reading, Allen. 🙂
She’s Getting Hitched! – vinnydubidu's
[…] has been killing the brides for over 8 hours, the sincere smile was there. One of them was at Lauren’s wedding, 2 year […]
Teman Baik – Vinnydubidu's
[…] Lauren. Lauren ini teman SMA saya. Saya ingat Lauren punya tulisan tangan yang bagus dan rapi. Yang […]