All Vinny  

[Talkshow] Langkah Kecil untuk Indonesia

Sebab semua perubahan besar, dimulai dari satu gerakan kecil.

PRO M PROGRESIF (2)

Change.org – Kegelisahan untuk mengatasi permasalahan sosial yang terjadi di sekitar bisa dimulai dari sini. Daftarkan diri menjadi anggota, sebutkan masalah yang ingin kamu petisikan, siapa pihak yang ingin kamu tuju untuk menerima petisi ini (umumnya adalah pengambil keputusan), lalu apa alasanmu ingin mengangkat petisi tersebut. Jika petisi dirasa “pas”, maka lebih dari satu juta pemilik akun akan menerima petisi ini, dan bisa memberikan suara jika memiliki kegelisahan yang sama. “Dalam satu hari, kita menerima hampir 25 petisi”, cerita Arief Aziz, campaign director change.org Indonesia. Tidak semua petisi berisi tututan serius. “Pernah ada petisi yang memprotes aliran listrik di rumahnya tidak stabil, ditujukan ke bapak Presiden. Tentu petisi semacam ini agak salah sasaran. Cukup Lurah pun sudah bisa membantu kalau listrik di rumah bermasalah,” contohnya.

Namun, sejumlah perubahan besar pun telah terjadi berkat petisi yang diajukan dari sini. Tahun 2013 lalu, petisi “Stop Bombing the Mentawai Reefs” berhasil menyelamatkan kehidupan nelayan serta sekaligus kondisi perairan Mentawai yang sempat terancam akibat pemboman ikan yang dilakukan oleh pihak tidak bertanggung jawab. Setelah beberapa bulan bergerak, “Akhirnya Kementerian Kelautan dan Perikanan, beserta aparat penegak hukum turun tangan dan berhasi menangkap kapal pelaku bom tersebut,” cerita Arief.

Wujudkan.com – “Indonesia adalah satu-satunya negara yang belum mengalokasikan dana untuk bidang industri kreatif,” terang Mandy Marahimin, salah satu pencetus situs wujudkan.com. Situasi inilah yang membuat mereka yang bergerak di bidang industri kreatif; pembuat film, seniman, artis, musisi, kerap terpaksa harus mengikis keinginan untuk merealisasikan kreatifitasnya karena terganjal dana. “Kita lihat metode crowdfunding semacam ini sudah banyak digunakan di luar negeri. Lalu kenapa tidak kita laksanakan juga di Indonesia?” tambahnya.

Untuk bisa mendapatkan donasi, seniman yang ingin menggalang dana harus serius menggarap idenya. Apa yang ingin dibuat, bagaimana penggambaran visual dari ide kreatif yang ingin diwujudkan, berapa biayanya, untuk apa biaya akan digunakan, harus disampaikan dengan jelas. Setelah itu, seniman akan diberikan masa untuk mengkampanyekan karyanya agar menarik minat donatur. “Jika dana yang diajukan terkumpul, maka akan diberikan sepenuhnya untuk seniman. Jika tidak, dana akan dikembalikan sepenuhnya ke donatur”. Mandy mengaku, apa yang ia dan kawan-kawan kerjakan belum membuatnya kaya secara finansial. “Tapi yang jelas saya merasa sangat kaya secara batin,” ujar Mandy, sambil tersenyum. Film Atambua 39o Celcius karya Mira Lesmana adalah salah satu karya yang berhasil dilahirkan lewat penggalangan dana oleh situs ini, yakni sebesar 300 juta rupiah.

Ruangguru.com – Komunikasi guru privat dan calon murid coba dijembatani lewat platform yang satu ini. “Guru bisa menuliskan profil mereka secara lengkap, beserta tarif yang ditetapkan,” cerita Iman Usman, co-founder dan CEO ruangguru.com. Sedikit menyerupai situs perjodohan, lewat media ini, calon murid atau orang tua murid bisa mencari siapa guru yang dirasa cocok untuk memberikan bimbingan belajar. “Pengguna terbesar kita justru orang tua murid yang sedang mencari guru. Karena itu, kita bekerja ekstra untuk bisa mengkomunikasikan hal ini kepada para orang tua yang masih banyak terkendala dalam hal penggunaan social media,” cerita Iman. Hingga saat ini, portal ini telah dimanfaatkan oleh lebih dari 19.000 guru privat dari seluruh Indonesia.

***

PRO M PROGRESIF (1)

Ketiga portal di atas merupakan gerakan yang dilakukan oleh tiga orang dengan latar belakang berbeda. Arief tergelitik setelah melihat wara-wiri di Twitter tentang nasib nelayan Mentawai yang terkatung-katung akibat praktek pemboman ikan. Mandy ‘kesal’ melihat banyak karya-karya brilian rekan sesama film maker dan seniman yang harus berakhir di kepala, karena terkendala masalah dana. Iman yang sudah lama berkecimpung di bidang sosial, merasa harus melakukan sesuatu untuk mengangkat kehidupan para guru, yang oleh kebanyakan orang dilihat sebagai profesi tanpa penghasilan yang layak. Berawal dari kegelisahan masing-masing terhadap itulah, portal tersebut lahir. “Kegelisahan ini yang membuat kita bergerak,” ucap Mandy.

Fakta jumlah pengguna media sosial di Indonesia yang begitu tinggi juga menjadi keyakinan bahwa kegelisahan mereka bisa diatasi dengan memanfaatkan social media. Apalagi dengan situasi dimana pesan bisa disebarkan dengan begitu mudah lewat teknologi ini. Mereka yang satu pikiran bisa bergerak dengan cepat begitu pesan telah diterima. Di sinilah, langkah kecil kemudian bisa membawa dampak besar.

Oleh sebab itulah, ketiganya percaya bahwa banyak pihak yang bisa (dan harus) tergerak untuk segera melakukan perubahan bagi sekelilingnya.

“Kalau sekarang porsi pembicaraan tentang merek tas atau sepatu berada di atas pembahasan tentang kehidupan sosial, kita harap suatu saat posisi ini akan terganti. Lebih banyak yang membahas isu sosial daripada ngomongin tas di Twitter, Path, Facebook, atau media sosial manapun,” harap Arief.

Muara dari kegelisahan ketiganya tentu berada di tangan pengambil keputusan tertinggi. Siapa lagi kalau bukan pemerintah. Untuk itu, selain keinginan agar masyarakat mulai mengalihkan pemanfaatan social media untuk social goods, mereka juga berharap agar pemerintah semakin aktif untuk berkomunikasi dengan mereka yang bersuara, sehingga masalah yang ditemui bisa mendapatkan jalan keluar.

Kalaupun belum bisa keluar, paling tidak pemerintah bisa bertukar pikiran dengan mereka yang betul-betul peduli. Bukan hanya mereka yang bersuara tanpa tahu arah  atau hanya ingin memperkeruh suasana.

***

PRO M PROGRESIF (4)

Senin, 24 Agustus 2015 – Rangkuman kecil dari talkshow “Langkah Kecil Untuk Indonesia” yang diadakan oleh Pro M Progresif, di Jalan Padang, Manggarai Jakarta.

Foto oleh : Leo Muliadi

7 thoughts on “[Talkshow] Langkah Kecil untuk Indonesia

  1. takadi007

    Reblogged this on sukadiblog.

    1. Eka Kurniawan

      Saya setuju kalau semuanya dimulai dari hal yang kecil dan wujudkan menjadi mimpi yang besar.

      1. takadi007

        benar Mas Bro Eka Kurniawan…

  2. nyonyasepatu

    Bagus banget infonya. Itu yang ruang guru yang ada Dian Sastro ya

    1. vinnydubidu

      Bener, Mba. Dian Sastro jadi co-founder untuk salah satu fitur mereka, tes online gratis (mudah-mudahan nggak salah inget).

  3. Sandurezu サンデゥレズ

    Muda-muda tapi kreatif ya mba.. Salut lihat mereka.
    Info yg menarik mba. Salam kenal ya. 🙂

    1. vinnydubidu

      Iya, betul. Sangat menginspirasi. Salam kenal juga. =)

Leave A Comment