
Pria-Pria Pedal
REAL MEN USE 2 PEDALS
Pernah liat tempelan dengan kalimat di atas terpampang di belakang mobil? (Jika salah satu dari kamu juga menggunakan tempelan ini, maaf, no offense.)
Waktu pertama kali liat tulisan ini seliweran di salah satu dan dua mobil, saya tersenyum. Lucu. Tapi, lucunya ndak lama. Tiba-tiba saya sadar makin banyak mobil lain yang mengangkat topik pedal-pedalan ini. Tempelan yang tadinya pendek jadi semakin panjang. Kalimat pun lebih bernada mengejek ketimbang menghibur. Misalnya, tulisan “Real men only use 3 pedals” atau kalimat lainnya yang saya lupa apa. Intinya, ini jadi semacam ‘perang’ para pemilik mobil, pengguna pedal, dan pembuat sticker. Udah ndak lucu lagi.
Sejak kapan jumlah pedal mobil membuat orang jadi lebih laki-laki?
Ndak lama setelah tempelan pedal, muncul tempelan soal keluarga. Itu loh, tempelan keluarganya si Ani, si Budi, si Toni. Tulisannya “Dedi’s family“, dengan potongan gambar Bapak, Ibu, dan anak-anaknya yang lagi gandengan, di bawah tulisan. Saya sering menduga, pasti pemilik mobil ini adalah Bapak Ibu muda dari keluarga kecil dan bahagia. Atau, keluarga yang punya anak remaja yang kemudian menempelkan sticker ini di mobil Bapak atau Ibunya.
Kalau yang ini, jauh lebih lucu dan meneduhkan. Tiap ketemu tempelan ini, saya jadi ingat dengan keluarga saya. Pengen nempel sih, tapi kalau jumlahnya bertujuh, kayaknya kok kebanyakan.
Sampai pagi ini…
Saya melihat modifikasi dan kreasi lain dari tempelan sticker ini. Formatnya sama, Bapak, Ibu, dan 3 anak yang lagi gandengan sambil senyum. Yang berbeda, tulisan di atasnya. Kali ini, informasi yang dibubuhkan lebih spesifik, yakni identitas agama (lagi-lagi, maaf, this is no hard feeling post). Posisi nama Bapak / Ibu di “Dedi’s family” kali ini terganti dengan Agama.
Melihat itu, hati saya sedikit deg-degan.
Agaknya info yang ditunjukkan di bagian belakang mobil itu kok terlalu…detil?
Saya jadi ingat salah satu cerita teman saya. Dia cerita soal bagaimana identitas agama tidak menjadi sebuah hal yang ditunjukkan warga di negaranya (Perancis). “Urusan agama adalah urusan personal dengan Tuhan. Jarang sekali kami bertemu orang yang mengenakan sesuatu di tubuhnya untuk menandakan apa agamanya,” begitu kata-katanya waktu itu yang terekam jelas di ingatan saya.
Saya ndak berani menebak mengapa tulisan itu kemudian dipilih untuk aksesoris mobil. Terlalu riskan untuk dibahas lebih jauh, rasanya.
Yang saya tahu, toleransi umat beragama di tanah air saat ini sudah sedemikian tingginya. Pertemanan tidak lagi mempermasalahkan apa kepercayaan atau prinsip hidupmu. Kalau kamu asyik, saya mau jadi temanmu. Kalau kamu ndak asyik, ya sudah kita jadi kawan biasa saja. Cukup itu. Lebih jauh dari itu, tidak menjadi penentu apakah kami akan berteman atau tidak.
Kembali ke sticker.
Pasti banyak tempelan-tempelan lain yang lebih kreatif yang ada di depan sana. Seyogianya, apa yang terpampang di kendaraan kita ini cukuplah ditujukan untuk membuat pengguna jalan yang terjebak macet tersenyum karenanya. Semacam tulisan kocak yang terpampang di truk atau motor. “Bang Toyip nggak pulang-pulang“. Atau “Kalau jomblo, nggak usah nyalip. Atau “Doa Bunda” untuk mengingatkan agar selalu berkendara dengan aman karena banyak yang menanti di rumah.
Tak perlu menceritakan terlalu banyak lah di tempelan mobil. Gimana?
***
Turut bersimpati untuk peristiwa Orlando. Banyak berita dan tulisan beredar di luar sana. Tapi, kalau boleh beropini, baik sedih ataupun ingin berduka, ada baiknya tidak membawa isu relasi vertikal kita dengan Sang Pencipta.
Selamat Jumat.
Nadia Khaerunnisa
Aku lebih suka baby on board, biar kalo jalannya menyiput gak diklaksonin hahaha
vinnydubidu
Iya, Mba Nadia. Kalau yang itu betul sesuai fungsinya. Tapi kalau yang pedal sih… Hahaha.
Ira
aku justru serem sama tempelean stiker keluarga itu mbak, karena ngasi tahu info nama dan posisi keluarga ke orang ga dikenal
vinnydubidu
Iya aku juga pernah denger soal ini, bahaya disalahgunakan ya.
rizalprakosa
Real men use rotary pedals 🙂
raf
sepupu saya yang jadi pilot, tempelen di kaca belakang mobilnya gini: “i don’t care about pedals, i can fly”. rada angkuh sih kesannya tapi ya bener juga. lol.