All Vinny  

Last 2 Days : Movie and Compliment

Apologize for being so left out for taking almost 2 weeks to finish 2 posts and almost 3 months to finish challenges that are supposed to finish in 15 days. I need to learn more about starting a commitment next time. 🙂 

Topics:

  1. One movie to watch for the rest of your life
  2. Best compliment you’ve ever received

Movie

Her - Joaquin Phoenix.jpg

“In Spike Jonze’s postmodern pastoral about a man who dates his operating system, digital affairs are as sensual – and heartbreaking – as the real thing.”

Review Peter Bradshaw mengenai film “Her”, dikutip dari The Guardian. 

*

Ini salah satu film paling mengena di hati hingga saat ini. Film keluaran 2013 ini bercerita tentang Theodore (Joaquin Phoenix)  dan Samantha (Scarlett Johansson) – ‘operator’ dari operating system Siri (atau Cortana) yang ada di gadget-gadget masa kini.

Karena sering berbicara dengan Samantha dari telepon (fitur), Theodore pun jatuh cinta pada Samantha. Bagi Theodore, Samantha adalah sosok lawan jenis yang ia cari selama ini karena mampu memenuhi kebutuhan jiwanya dalam porsi yang pas. Jam demi jam, hari demi hari, dilalui dengan berbicara pada Samantha. Kalau dinalar, kisah ini cukup tidak masuk akal; laki-laki memiliki perasaan pada perempuan yang suara dan responnya muncul dari sedemikian banyak coding agar sistem bisa merespon layaknya manusia.

Bagi saya, makin ke sini, film ini semakin representatif dengan kehidupan manusia khususnya warga ibukota yang menjadikan teknologi sebagai kebutuhan primer. Mereka yang muda dengan mudahnya terhanyut dengan apa yang ditampilkan di layar perangkat HP, tablet, laptop. Mereka yang beranjak dewasa, karena alasan waktu kerja yang sibuk / belum ketemu jodoh / tidak sempat bergaul, mencoba membuka kesempatan bertemu dengan orang lain atau seseorang di dunia maya. Dari apa yang ditampilkan di layar, beranjak naik ke speaker, ditutup dengan perjumpaan langsung.

Kisah Theodore dan Samantha bahkan tidak berakhir dengan perjumpaan. Hanya sampai di tahap layar dan speaker. Kisah mereka berdua berakhir karena tiba-tiba sistem operasi Samantha terganggu, lalu hilang. Singkat cerita, program satu-satunya untuk menghubungkan Theodore dan Samantha tidak berfungsi seperti sebelumnya. Samantha pergi, untuk selamanya. Momen saat Theodore berlari di bawah stasiun karena kehilangan sinyal suara Samantha, masih jadi adegan yang sampai sekarang ada di ingatan saya. Momen ‘heartbreaking’ yang disebutkan Peter di atas, ada di sini. Sama seperti kisah orang kebanyakan saat ini yang dijalin lewat teknologi, ada yang berakhir indah, tapi tidak sedikit yang berakhir patah.

Mungkin karena belakangan terlibat interaksi serupa, film ini jadi pilihan saya untuk topik ini. Bahwasanya, diri harus lebih bijak dalam menyikapi apa yang hanya muncul dalam bentuk susunan huruf dan suara, agar jangan sampai berakhir seperti kisah Theodore di stasiun. Indah dan ironis.

Iya, Pin, curhatin aja di sini, biar lega. 😀

Compliment

Pujian terbaik, “Kalau anak saya pergi sama Vinny, saya tenang deh…”

Begitu pujian dari orang tua beberapa teman ke saya. Pernyataan yang membuat saya merasa sedemikian dipercaya oleh kaum orang tua.

Meskipun kadang keserempet juga kok, Tan. Hehe.

Leave A Comment