All Indonesia Vinny  

Berawal Dari Kata

Nulis

Saya punya hubungan ‘istimewa’ dengan kata.

Pekerjaan pertama saya yang serius adalah pekerja kata sejati. Wartawan koran. Tiap hari saya habiskan dengan mencari informasi, mewawancarai nara sumber, atau mencari informasi pendukung di internet. Ditutup dengan mengetik, saya merangkai kata menjadi berita.

Pekerjaan pertama ini membuat saya perlahan mencintai ‘kata’. Secara ekonomi, saya mulai menulis untuk hal yang tidak berhubungan dengan berita. Kecintaan untuk membaca pun meningkat, setelah saya paham susahnya menulis dan membuat orang ingin membacanya (sampai selesai).  Jadi, kalau ada yang butuh menulis di luar berita, apapun itu; terjemahan, release, tulisan majalah, liputan acara, saya menulis dengan bahagia. Kesukaan membaca pun muncul sejak kala itu.

Menulis bukan urusan mudah. Ada yang bilang nggak bisa menulis, tapi ternyata tulisannya indah. Ada yang bisa menulis, tapi tulisannya ‘susah’ dibaca.

Berbahagialah mereka yang telaten dan dibakati untuk menuliskan rasa dengan kata. – (Twit saya sore ini)

Saya mudah kagum dengan mereka yang bisa menulis. Di Twitter, sebagian besar yang saya ikuti adalah pencerita sejati. Dengan santainya, pembaca bisa mengikuti cuitan 2 kalimat lalu merasa cinta. Sebaliknya, cuitan berpuluh dan beratus-ratus kalimat yang dipotong menjadi puluhan bagian pun bisa diikuti tanpa bosan.

Ada juga yang pandai merangkai kata menjadi puisi yang sangat indah. Sederhana. Singkat.  Tapi indah, dan mengena. Kata-kata yang dipakai sehari-hari bisa dirangkai seindah ini sampai terbayang-bayang di kepala.

Banyak dari mereka yang membuat saya ‘jatuh cinta’, bangga dan bersyukur bisa ‘menemukan’ mereka di hidup saya.

Rasa yang muncul karena berawal dari rangkaian kata..

Salah satunya, teman dekat yang menikah hari ini. Souvenir yang dibagikan adalah tas kanvas bergambar bunga matahari favoritnya, dengan sebuah. Di momen bahagianya, sang teman menuliskan ini.

Semuanya fana, begitupun kebahagiaan. Maka aku ingin membungkusnya dalam kata, menyimpannya dalam ruang, bernama kamu.

Tidak hanya ketika hal baik terjadi, ketika sedih pun mereka yang pintar menulis bisa hadir dengan sesuatu yang indah.

Semoga Tuhan mengobati segala kesedihan kami.

Saya pernah berharap kedua teman ini bisa jadi penulis lagu atau penulis buku puisi yang hebat. Menurut saya, tulisan mereka terlalu indah dan bagus untuk dibaca beberapa orang saja. Terlalu sayang untuk didokumentasikan dalam jurnal pribadi saja.

Tanpa mereka ketahui, mungkin tulisan mereka menyelamatkan jiwa banyak orang yang merasa sama. Yang merasa, tapi tidak bisa berkata.

Paling tidak saya. Malam ini.

31 Maret 2019

Leave A Comment