
[Series] Netflix | The Politician
Your life going off the rail is the best thing that could happen to you. Life isn’t a train. It’s a shit tornado full of gold. You don’t have to have a plan. You have to stay clean and grab every gold you can. – Georgina Hobart
Sebagai pecinta film berbau POTUS dan White House seperti House of Cards, Designated Survivor, atau Scandal (tapi udah nggak lagi karena cerita cinta presiden dan jubirnya semakin blibet), di hari Minggu yang cerah ini, saya pun melirik serial baru di Netflix yang judulnya udah jelas banget kalau serial ini bercerita tentang politik. The Politician.
Serial yang baru tayang akhir September lalu ini berkisah tentang sekelompok anak SMA Saint Sebastian yang sedang sibuk menjelang pemilihan presiden sekolah aka ketua OSIS di sekolahnya.
Ada 2 calon utama yang sedang bersaing, Payton Hobart dan River Barkley. Payton ini sangat terobsesi untuk menang. Soalnya selain pintar, cita-citanya emang mau jadi presiden Amerika Serikat. Makanya, kemenangan menjadi ketua OSIS sangat penting karena menjadi langkah pertamanya untuk masuk ke dunia politik, hingga berhasil duduk di Gedung Putih. Jadi, Payton sangat ambisius.
Karena itulah, persiapan menjelang waktu pemilihan udah kayak persiapan jelang pemilihan presiden betulan. Payton punya 3 orang tim kampanye, yang sangat serius menyiapkan calon mereka. Sementara di kubu satunya, River ‘disiapkan’ oleh pacarnya, Astrid Sloan yang juga sangat ambisius untuk memenangkan pacarnya, ketimbang si River sendiri. Dan bumbu pertama, River dan Payton berteman akrab.
Hawa politik dan persaingan antar kandidat sangat terasa. Dalam perjalanan, akan ada pergantian kandidat. Setiap kandidat punya strateginya masing-masing, mulai dari yang bersih sampai kotor. Semuanya mencari cara menjatuhkan kubu lain demi memenangkan pertarungan.
Selain menceritakan kisah di balik calon, ada juga episode yang menggambarkan cerita dari sisi pemilih, Eliott Beachman. Eliott ini sebenernya ibarat loser yang nggak dikenal di sekolahan. Tapi karena menurut perhitungan, dia adalah satu di antara 2 swing voters yang akan menentukan siapa yang menang, tiba-tiba ia jadi pusat perhatian. Kedua tim berusaha keras untuk mendekati dan memenangkan suaranya. Sementara si Eliottnya ya nggak peduli banget karena mau siapa yang menang pun, nggak ngaruh-ngaruh juga lah ke gue.
Terdengar familiar? 🙂
Di luar semua seluk beluk dan trik menyiapkan kandidat, penggambaran cerita di balik kisah yang bikin karakter mereka jadi seperti sekarang, juga sangat mudah ditangkap. Mungkin karena setting SMA ya jadi lebih mudah dicerna. Misalnya, gimana dan kenapa seorang politisi harus tampil sempurna di depan umum, walaupun sebenernya lagi banyak masalah entah yang pribadi, atau dengan kampanyenya sendiri. Tapi demi memenangkan suara, berstrategi sangatlah penting, dan sempurna adalah harus.
Saking relatable-nya, rasanya saya pun menemukan sedikit jawaban yang kadang sering muncul tiap kali lihat informasi baru di portal berita tentang kejadian ‘aneh’ di negara kita yang bikin saya bertanya-tanya. Langsung deh kepikiran, “Ohhh, mungkin sebenernya mereka lagi gini..”
Selain tentang strategi politik, saya juga suka penggambaran momen bahagia, momen sedih, momen sangat sedih, momen merelakan, momen bangkit kembali, dari setiap tokoh sangat nyess dan mengena.
Meskipun dikategorikan drama dan komedi, termasuk di Rotten Tomatoes, saya lebih berasa ini film drama sih. Nggak terlalu komedi. Malah mungkin lebih sedikit ke musikal, karena ada 3 bagian dimana Payton yang diperankan Ben Platt, nyanyi. Dan saya langsung ngefans padanya! Ada juga Georgina Hobart, mamanya Payton, yang diperankan oleh Gwyneth Paltrow. (Penting disebut karena saya fansnya Chris Martin. #oke).
Saking suka dan serunya, 8 episode pun udah habis saya tonton hari ini. Ada yang nonton juga nggak? Kalau lagi cari serial untuk weekend depan, coba deh nonton ini. Tell me what you think! 🙂
Selamat Minggu!