All Vinny  

New York, To Do on Your First Visit 

Demi mengabadikan memori solo trip pertama ke New York, rencananya saya pengen bikin beberapa tulisan kenangan (yang semoga bisa berlanjut), yang mudah-mudahan sekaligus bisa berguna untuk yang merencanakan perjalanan serupa – jalan-jalan sendiri ke New York.

Tentunya, pilihan saya di sini  tentu sangat subjektif karena suka-suka saya aja. Yet, the visit to these few places truly pleased me, so you might want to give a try

So, lesgo! 

***

Jauh sebelum tiba ke New York, saya udah bikin list tempat-tempat yang ingin dikunjungi. Karena acuan utamanya adalah blog / website untuk solo trip ke New York, list tempat yang wajib dikunjungi ya kurang lebih sama. Yang pasti, ada tempat touristy yang mainstream lah untuk didatengin (yang katanya, kalau nggak dateng, ya kayak nggak pernah ke New York). Kalau ada waktu, tentunya kamu wajib mengunjungi tempat tersebut, misalnya Liberty, Times Square, Niagara Fall, dan masih banyak lagi.

Di tulisan ini, ada beberapa tempat yang berkesan waktu jalan-jalan saya kemarin, dan menurut saya kok seru ya untuk didatangi sebagai destinasi saat saat pertama kali mampir ke New York.

Ini dia.

Central Park 

# Luasnya Central Park (konon) setara dengan 8 juta apartemen di New York. 

Kalau yang ini, pasti udah identik banget dengan New York ya. Jadi, pastinya harus masuk list kamu. Sebagai pecinta jalan kaki, saya suka banget ke sini karena udah jalan kaki sampai kaki mau copot pun, masih ada aja cela di Central Park yang belum didatangi. Seluas apa tempat ini? Kabarnya, luas Central Park adalah sekitar 3,5 km persegi, memanjang dari bagian atas hingga tengah Manhattan. Ini gambaran luasnya. 

Biru adalah Manhattan. Merah adalah Central Park.

Di tempat ini, kamu bisa ngeliat banyak wisatawan lain yang lagi jalan kaki, lagi moto-moto, lagi naik delman, lagi duduk-duduk aja, lagi ngajak anjing jalan-jalan (ini bisa dijumpai dimana-mana), atau yang olahraga. 

Pas pergi kemarin, saya pikir akan ketemu Central Park dalam kondisi hijau segar. Ternyata, hijau segar itu nggak terjadi di musim dingin (November-Januari). Yang ada ya taman yang coklat, karena daun-daun serba kering, dan menyisakan dahan pohonnya aja.  Katanya kalau mau ketemu Central Park versi hijau, datanglah pas musim semi atau panas, yakni sekitar pertengahan tahun. 

Namun, overall, sebagai pecinta taman, saya senang banget ketemu taman sebesar, selowong, dan seindah ini. Banyak kursi-kursi juga untuk duduk, kalau kamu gampang lelah. Oh yah, lokasi Central Park juga dekat dengan museum-museum ternama yang mungkin ada di list kamu. Jadi, bisa sekalian. 🙂

New York Public Library – Stephen A. Schwarzman Building 

# New York Public Library adalah sistem perpustakaan di New York dengan total koleksi kedua terbesar di Amerika Serikat (setelah Library of Congress) dan ketiga terbesar di dunia. 

Perhatikan kata sistem untuk pernyataan sebelumnya. Sebagai sistem perpustakaan, NYPL tercatat menyimpan data sekitar 53 juta buku, dari 92 lokasi perpustakaan di seantero New York. 

Yang saya datangi adalah Stephen A. Schwarzman Building (selanjutnya disebut Stephen, biar mudah). Stephen ini disebut sebagai cabang utama NYPL, sekaligus salah satu perpustakaan NYPL terbesar di New York Berlokasi di Midtown, Manhattan, Stephen juga berfungsi sebagai research library bersama 3 perpusatakaan lainnya. Masuknya, gratis. 

Karena fungsinya sebagai perpustakaan riset, tentunya ruang-ruangan di sini sangat sunyi dan senyap. Ada beberapa ruangan juga yang ditutup untuk publik, karena orang di dalam perpus lagi sibuk baca. Nggak usah maksa masuk kalau emang ditutup (karena, pasti udah ada petugas yang akan menghalangi kamu). Masih banyak ruangan lain di Stephen yang bagus untuk didatangi.

Selain buku, beberapa ruangan juga dihiasi dengan lukisan-lukisan bagus yang bisa kamu nikmati. Gedungnya sendiri pun bagus banget, jadi bisa untuk kamu dokumentasikan (sebagai konten foto Instagram). Tapi inget, jangan berisik. 

Waktu ngepos ruang utama Stephen di Instagram, salah satu teman berkomentar : “Yah, jauh-jauh ke US, kok mampir ke library”.

*Pen ngamuk ga* 

Kawan-kawan, mampirlah ke perpustakaan ini. Memang bayangan ‘perpustakaan’ untuk kita agak sedikit membosankan, karena ya memang demikian adanya di sekeliling kita. Tapi, kunjungan saya ke Stephen A. Schwarzman Building NYPL ini betul-betul jadi salah satu memori paling indah selama jalan-jalan kemarin. Bagus banget!

American Museum of National History

# Jangan lupa cobain timbangan berat badan seandainya detik ini kamu ada  di planet Mars, Jupiter, dan planet tetangga bumi lainnya. 

Museum ini berbayar. Untuk masuk, harganya $23. Kalau kamu pengen nonton special show, ada tambahan sekitar $5 per show. Saya ambil paket yang plus 1 show. 

Museum ini sebenarnya punya beberapa jenis eksibisi, selain tentang history Amerika. Salah satunya, tentang tata surya (tempat timbang berat badan di planet lain tadi). Selebihnya, ada pameran binatang-binatang prasejarah (akan mengingatkanmu pada Ross Geller), dinosaurus, hingga kehidupan manusia Asia, Afrika, Amerika, dari jaman prasejarah hingga masa kini.

Untuk yang dinosaurus tadi, ada ruangan tersendiri. Jadi kalau kamu pecinta si Dino, puas-puasin deh ke ruangan itu. Ada juga replika Dinosaurus yang segede gaban itu. 

Selain itu, jangan lewatkan special show itu. Saya kebetulan ngambil special screening berjudul “Oceans : Our Blue Planet”, video dokumenter hasil kolaborasi BBC Earth dan Microsoft. Dan oh, videonya bagus banget. Sinematografinya, nggak tau harus dikomentari apa karena indah sekali. Selama hampir 45 menit, penonton diajak melihat kehidupan di laut, sedetil ngikutin perjalanan salah satu ikan untuk mencari makan; mulai dari dapetin kerang, dibawa ke ‘rumahnya’, mecahin kerang itu, kerangnya pecah, sampai makan daging kerang. Iya, kameranya ikutin si ikan selama itu. 

Oh yah, special show ini juga hanya bertahan untuk beberapa bulan. Saat tulisan ini dibuat, show tentang Ocean yang sudah tayang sejak 1 Mei 2019 cuma ditayangkan hingga 5 Januari 2020, aja. Jadi, udah nggak ada lagi. Tapi rasanya sih, apapun special show atau exhibitionnya, akan tetap bagus. Jadi nonton aja sesuai yang kamu suka. Plus, ingat, nggak boleh direkam di HP!

The Metropolitan Museum of Art (MET)

# The MET digadang sebagai museum seni terbesar di Amerika dan terbesar ketiga di dunia.

Biaya masuk untuk dewasa seperti kita-kita, $25. Dan worth it sekali untuk kamu datangi. Siapkan waktu minimal 3-4 jam untuk bisa menikmati semua pameran yang ada di dalamnya, karena museumnya gede banget. 

Seperti halnya Stephen yang bikin ‘huwaw’, MET pun demikian. Bangunannya sangat mewah dan artistik, pun dengan item yang dipamerkan.

Secara umum, MET menampilkan banyak koleksi sejarah yang dikumpulkan dari seluruh dunia. Karena koleksi bersejarah, nilai koleksi tersebut pun sangat mahal dan penuh cerita.

Waktu beli tiket, jangan lupa tanyakan jadwal tur terdekat untuk bisa kamu ikuti. Sepertinya, tiap jam ada jadwal turnya. Bersama tour guide, acara keliling MET jadi lebih berharga karena saya yang buta banget dengan karya seni, jadi sedikit terinfomasikan dengan berbagai koleksi yang ada. Belum lagi, saat tau nilai koleksi tersebut, atau dari mana koleksi didatangkan, atau sudah berapa ratus tahun usia koleksi tersebut. 

Patung, lukisan, hingga koleksi totem dari suku Afrika jaman dulu, ada di MET. Seru sih, berasa ke jaman dulu. Salah satu pengunjung rombongan saya mengatakan tur ini semacam napak tilas Indiana Jones (saya nggak nonton juga film ini jadi kurang paham).

Kebetulan saya datang setelah makan siang. Sementara, museum tutup jam 5 sore. Kalau nggak kebentur museum akan tutup, mungkin saya masih akan jalan-jalan di dalam untuk 1-2 jam lagi, soalnya kayaknya masih banyak bagian yang belum saya datangi. Makanya, sisihkan waktu banyak di sini biar puas ngeliatin pamerannya. 

Lilie’s Victorian Bar, Times Square

# Airbnb Experience di New York mempertemukan saya dengan bar ini.

Jangan ke museum terus lah ya, walopun museumnya emang bagus-bagus banget. 

Tempat ini adalah satu bar yang saya kunjungi, saat mengikuti Speakeasy, Drinking & History Night Walk, persembahan Airbnb Experience. 

Sebagai gambaran, Speakeasy adalah istilah yang diberikan untuk bar-bar di New York karena pada satu masa, alkohol dan miras itu tidak boleh dijual di Amerika (yes, the alcohol ban did happen even in America!). Alhasil, banyak tempat yang diam-diam diperuntukkan sebagai bar dengan berbagai alibi. Sebut saja salon, restoran, atau rumah makan. Supaya nggak ketahuan polisi, miras-miras pun diumpetin di langit-langit, atau bawah lantai. 

Makanya, nama eventnya juga “history night walk”. Soalnya, seraya mengelilingi bar, kita juga diceritakan sejarah dari bar tersebut.

Dari 3 bar yang dikunjungi selama tur 3 jam itu, Lilie’s Victorian Bar yang menurut saya paling seru untuk didatangi. Soalnya, tempatnya besar, dan karena waktu saya datang masih dalam suasana natal, desain restoran ini yang paling wah dan festive. Menurut Tom, guide kami malam itu, LIlie’s Victorian Bar ini adalah salah satu bar tertua dan bar kedua terpanjang di Manhattan. (Saya nggak tau sih apakah memang bar di Manhattan pendek-pendek, jadi panjangnya bar jadi ‘sesuatu’, tapi ya itu yang jadi highlightnya si guide). 

Interior bar yang juga menarik, tidak terlepas dari kehadiran bangunan yang sebenarnya adalah gereja di jaman dulu. Selain menikmati interiornya, kamu juga bisa menikmati pengalaman minum di bar ala-ala film, sambil cobain minuman-minuman antik di sana. 

Midtown, Manhattan 

# Midtown, dekat ke Broadway, Fifth Avenue, Koreatown!

Kalau ini adalah rekomendasi saya untuk tempat yang bisa kamu kunjungi, atau kamu jadikan tempat untuk mencari penginapan baik hotel, airbnb, hostel, atau sejenisnya. 

Menurut saya, Midtown ini area yang sangat strategis untuk turis. Karena, harganya nggak mahal-mahal banget karena bukan di pusat kota, tapi juga nggak jauh dari pusat kota. Setengah perjalanan saya dihabiskan dengan menginap di area Midtown. Karena suka jalan kaki, Midtown ini jadi sangat menyenangkan karena: jalan 1 km, nyampe di Fifth Ave untuk belanja (kalau kamu suka belanja); kalau ke arah sebaliknya, bisa nyampe di Bryant’s Park; jalan 2 km, nyampe di Koreatown buat nyari nasi dan daging; jalan 3 km, nyampe Broadway. Asik deh pokoknya. 

Tapi ya sebenernya, tinggal dimanapun di Manhattan, kamu akan gampang kemana-mana, karena sebagian besar daerah sudah terhubung dengan Subway. Kalaupun harus jalan lagi dari stasiun, palingan jalannya sekitar 1-1,5 km aja. 

Broadway

# Wajib nonton. 1 kali deh minimal! 

Waktu saya kuliah, anak kampus saya rajin mementaskan judul-judul Broadway. Saya nonton beberapa kali, karena ada teman saya yang pecinta Broadway dan ikut nyanyi (partisipasi solidaritas). Tapi, terus terang saya kurang paham dan tidak menemukan keseruan nonton Broadway di kala itu. Entahlah karena listening saya masih kacau balau, jadi saya nggak paham adegan di atas panggung, yang berakibat saya kurang konsentrasi, atau apa. Yang jelas, nonton Broadway nggak jadi sesuatu yang berkesan untuk saya. Waktu itu.  

Nah pas akan ke New York, karena mungkin semakin sering nonton film dan musikal, saya rencanakan lah untuk nonton Broadway di Broadway. Saya pun berkonsultasi pada teman yang ngamatin Broadway mulu dari jaman dulu, untuk judul apa yang wajib ditonton. 

Alhasil, saya nonton Moulin Rouge, dan Tootsie

Hasilnya, YA AMPUN! 

Keren banget ternyata Broadway, ya ampun. Aktingnya, suaranya, timing per adegan, kostumnya, panggungnya, betul-betul bikin opini saya tentang Broadway berubah total. Langsung salut banget begitu ngebayangin gimana artis-artis Broadway ini bisa mentas dengan segitu kerennya, sehari dua kali, setiap hari, dan total. Saya pun jadi paham kenapa banyak kawan-kawan saya yang mencintai lagu dan judul-judul Broadway sampai segitunya. :))) 

Oh yah, untuk tiket Broadway, ada 2 cara untuk beli. Satu, via online. Satu, beli di tempat, bernama TKTS atau loket tiket Broadway yang ada di 3 lokasi di Manhattan.

Kalau mau nonton judul-judul show utama, seperti Lion King, Hamilton, atau Moulin Rouge, mau nggak mau kayaknya harus beli online. Coba dicek di websitenya deh judul apa yang lagi tayang Walaupun, ada cas hingga hampir 50% dari harga tiket. Tapi kalau mau nonton judul show kecil (off Broadway), kamu bisa beli di TKTS tadi dengan mendownload aplikasinya dulu untuk dapetin jadwal shownya, dan lokasi untuk beli tiket. Kebetulan, untuk tiket Tootsie, saya beli di TKTS, dengan harga lumayan oke, dan seat yang sangat bagus!

Jadi, cek dulu aja judul yang kamu mau tonton, plus alokasikan dana dan waktu untuk nonton 1 kali show di Broadway.

It will definitely awe you in any way! 

***

Referensi: 

https://www.nypl.org/about/locations/schwarzman
https://www.amnh.org/exhibitions/3d-and-2d-films/oceans-our-blue-planet
https://www.amnh.org/exhibitions
https://www.broadway.com/
https://www.lilliesnyc.com
Semua biaya yang tertulis di atas, belum termasuk pajak sebesar 8,88%.

2 thoughts on “New York, To Do on Your First Visit 

  1. Gadi Kurniawan Makitan

    Seneng banget bacanya, Vin 🙂

    1. vinnydubidu

      Tengkyu, Gadii 😊😊

Leave A Comment