Pursuite of Happiness

Pertama-tama, saya nggak sedang mau review film dengan judul serupa. Semoga kamu tidak merasa terjebak.
Saya lagi ngikutin 30 hari menulis, dan mendapati topik happy ini udah muncul 3 x dalam 10 tantangan pertama. Jadi, kayaknya saya perlu pakai judul lain tanpa kata ‘happy’. Ok!
Topik kali ini klise sih menurut saya. Cuman disuruh menuliskan tentang kebahagiaan, write about happiness. Hal yang simple tapi rumit.
Setiap orang punya takaran bahagia yang beda-beda. Ada yang bahagia kalau punya banyak uang, punya banyak makanan, punya banyak pacar (mungkin?), punya banyak teman, atau punya banyak rejeki!
Kalau saya, yang terakhir sudah pasti, rejeki. Kalau ada rejeki atau berkah, rasanya semua bisa dimudahkan, dan menjadi bahagia akan jadi sesuatu yang mudah diraih. Selain rejeki, teman juga bikin saya bahagia. Saya suka menyendiri, tapi saya nggak suka juga kalau terlalu kesepian. Jadi, ada yang nemenin, baik teman maupun pacar, bisa jadi sesuatu yang membuat saya bahagia.
Tapi, lebih daripada hal-hal kasat mata yang terlihat di atas, saya percaya bahwa bahagia itu tergantung pikiran. Jika saya berada di tengah teman atau pacar, tapi pikiran saya menolak bahagia, saya pun tetap merasa nggak happy. Bisa berakhir bete, bad mood, pokoknya nggak seneng.
Tapi sebaliknya, meskipun sedang menyendiri dan kangen teman, tapi kalau saya bisa ‘memaksa‘ pikiran saya untuk tetap merasa baik dan positif, rasanya saya tetap akan bisa bahagia. Iya, kadang menjadi bahagia pun harus dipaksa. Fake it til you make it, agak sedikit demikian, kalau saya.
Cuman sekali lagi, mengendalikan pikiran itu memang nggak gampang. Pikiran dan lingkungan itu ibarat ayam dan telur. Nggak tau yang mana yang duluan. Apakah pikiran yang happy membuat kita bisa menjadikan sekeliling kita jadi menyenangkan? Atau sebaliknya, lingkungan yang happy membuat kita merasa happy?
Pilihan ada di kamu! Semoga kamu dan kita semua terus punya cara agar terus merasa bahagia. 🙂
Have a happy Friday!
Colorful Sisters
AMAZINGGGG !!