
Gol Masa Depan

Saya tau pertanyaan apa lagi yang susah dijawab. “Siapa kamu?” dan “Apa cita-citamu?”.
Ngomongin cita-cita waktu kecil jauh lebih mudah daripada dewasa. Paling enggak, setelah usia 23 tahun, waktu udah lulus kuliah dan dihadapkan pada kenyataan bahwa cita-cita yang tadinya ingin dirintis lewat jurusan kuliah, ternyata nggak bisa diwujudkan semudah itu.
Cita-cita pun berubah-ubah, seperti preferensi gaya pakaian. Tergantung pada situasi kehidupan.
Saya dulu pengen jadi jurnalis. Kalau bisa, jurnalis perang. Waktu itu, saya sempat membayangkan kalau cita-cita itu terwujud, saya akan tinggal di tempat berbeda dari tempat saya sekarang. Saya pun sempat membayangkan akan menjadi bagian dari media-media besar dunia. Namun, yang tercapai hanya sampai bagian jurnalis saja. Ya, tidak apa.
Kemudian, lebih kecil lagi, saya pernah pengen jadi atlet bulutangkis. Kalau ini, nggak ada ekseskusinya. Cuman karena saya suka liat abang saya punya bakat bulutangkis aja, saya jadi pengen kayak Susi Susanti.
Pandemi kemudian jadi kata yang kita sebut sampai mulut letih, di tahun ini. Cita-cita saya yang terakhir berhenti di : pengen menutup hidup dengan mengumpulkan banyak pengalaman jalan-jalan, bertemu manusia di belahan bumi lain, melihat bagaimana kehidupan, budaya, dan perjalanan sehari-hari manusia di bumi sebelah sana. Saya berpikir, kalau itu bisa diwujudkan, rasanya gaji yang saya kumpulkan akan berguna. Ya, tentunya tanpa mengabaikan kewajiban menabung dan menyiapkan hari tua. Tentunya, cita-cita ini pun buyar ambyar. Pandemi.
Satu yang pasti, pandemi dan apa yang akan terjadi setelah tahun ini, akan mengubah gol hidup saya. Mungkin kamu juga.
Yang paling terasa, gol saya tidak akan sekonkret menjadi jurnalis perang, atlet badminton, atau traveller sekelas buzzer di Instagram. Gol saya abstrak: ingin menjalani hari ini dan 7 hari, atau maksimal 30 hari ke depan dengan bahagia. Iya, sependek itu. Caranya, bebas. Sejauh itu memungkinkan untuk dilakukan, itulah gol saya. Tiba di hari ke-30 dengan lebih banyak rasa bahagia daripada sedih, apalagi bikin orang lain sedih.
Kamu gimana?